Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wilayah Kepulauan Kekurangan Dokter Spesialis

Kompas.com - 15/05/2013, 04:07 WIB

KENDARI, KOMPAS - Beberapa kabupaten di wilayah kepulauan dan pelosok Sulawesi Tenggara kekurangan dokter spesialis. Mereka berharap pemerintah pusat memenuhi kebutuhan itu untuk mendekatkan pelayanan medis ke masyarakat.

Hal itu mengemuka dalam rapat koordinasi pembangunan kesehatan Provinsi Sultra yang dihadiri Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi di Kendari, Selasa (14/5). Acara diikuti Gubernur Sultra Nur Alam dan perwakilan dinas kesehatan dan rumah sakit umum kabupaten/kota di Sultra.

Daerah yang mengeluhkan antara lain Kabupaten Wakatobi, Kabupaten Buton Utara, dan Kabupaten Konawe Utara. Wakatobi dan Buton Utara merupakan daerah kepulauan. Adapun Konawe Utara berbatasan dengan Sulawesi Tengah.

Kepala Bidang Penunjang Pelayanan Medik RSUD Wakatobi Ali Idrus mengatakan, saat ini hanya ada satu dokter spesialis kebidanan dan satu dokter spesialis mata di daerahnya.

Akibatnya, pasien yang membutuhkan pelayanan spesialis harus dirujuk ke Kendari atau Kota Bau-Bau. Namun, hal itu kerap terkendala mengingat transportasi masih mengandalkan moda laut. ”Saat musim ombak tinggi, hal itu sulit dilakukan,” katanya.

Ali mengatakan, pihaknya perlu empat dokter spesialis dasar, yakni kesehatan anak, kebidanan, bedah, dan penyakit dalam.

Nafsiah mengatakan, Kemkes menyiapkan 86 dokter spesialis yang kini dalam proses pendidikan untuk Sultra. Selain itu, ada 187 dokter PTT, 100 dokter gigi, dan 1.139 bidan yang akan ditempatkan di Sultra tahun ini.

Menurut Nafsiah, pihaknya tengah merancang pola pelayanan kesehatan yang sesuai karakter daerah kepulauan. Tujuannya, daerah kepulauan dapat menangani masalah kesehatan secara preventif, kuratif, ataupun rehabilitatif secara mandiri.

Dari Semarang dilaporkan, Ketua Umum Ikatan Bidan Indonesia Pusat Emi Nurjasmi menyatakan, ada sekitar 1.440 desa di Indonesia belum memiliki bidan. ”Akses pelayanan di hampir semua desa terpencil, perbatasan, dan kepulauan sangat terbatas. Umumnya tidak ada bidan. Padahal, idealnya ada dua bidan dalam satu desa,” ujar Emi seusai peluncuran program e-learning untuk bidan di Jawa Tengah oleh GE Healthcare. (ENG/UTI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com