Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini 3 Alasan RUU Ormas Harus Ditolak

Kompas.com - 04/04/2013, 19:54 WIB
Dani Prabowo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Program Imparsial Al Araf mengatakan, ada tiga alasan Rancangan Undang-Undang Organisasi Masyarakat (RUU Ormas) harus ditolak.

"Pertama, banyaknya kritik serta penolakan dari elemen masyarakat  menandakan jika RUU Ormas ini tidak diperlukan oleh masyarakat. Hal itu disebabkan karena RUU Ormas tidak memiliki landasan filosofis dan yuridisnya yang kuat," kata Al Araf usai diskusi bertajuk RUU Ormas dalam Konsolidasi Demokrasi di Indonesia di Universitas Paramadina, Kamis (4/4/2013).

Kedua, dikatakan Al Araf, RUU Ormas tidak memiliki urgensi yang jelas. RUU ini hanya terlihat sebagai bentuk kontrol terhadap kelompok masyarakat saja. "Bisa saja hal ini meluas untuk mengontrol kelompok masyarakat peduli hak asasi manusia, atau  kelompok peduli lingkungan dan kelompok masyarakat yang antikorupsi," ujarnya. Dirinya menilai jika penerapan RUU Ormas hanya sebagai bentuk membatasi hak berpendapat kelompok atas kebijakan yang diambil oleh pemerintah.

"Sehingga hal itu mengikis nilai-nilai demokrasi," ujarnya.

Ketiga, kata Al Araf, RUU Ormas sangat sarat dengan persinggungan antara pemerintah, kelompok pemodal dan kelompok masyarakat yang kritis terhadap kebijakan perusahaan yang disinyalir melakukan eksploitasi terhadap kekayaan sumber daya alam suatu wilayah.

"Dimana pemodal memiliki kepentingan untuk merepresi terhadap kelompok kritis seperti contohnya kelompok buruh, atau kelompok lingkungan, yang melakukan kampanye penolakan penambangan atau eksploitasi alih fungsi lahan yang tentu saja dampaknya sangat besar terhadap keuntungan perusahaan," ujarnya.

Sementara itu, Ketua Presidium Majelis Kedaulatan Rakyat Indonesia, Ratna Sarumpaet mensyinyalir, pembahasan RUU Ormas sarat dengan titipan pihak asing yang ingin mengatur kehidupan berpolitik di Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

    Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

    Nasional
    'Presidential Club' Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

    "Presidential Club" Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

    Nasional
    [POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

    [POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

    Nasional
    Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
     PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

    PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

    Nasional
    Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

    Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

    Nasional
    LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

    LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

    Nasional
    MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

    MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

    Nasional
    PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

    PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

    Nasional
    Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

    Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

    Nasional
    Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

    Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

    Nasional
    'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

    "Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

    Nasional
    Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

    Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

    Nasional
    Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

    Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

    Nasional
    Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

    Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com