Torib Wiryo Suripto (67), warga Dusun Simbar, Sumberejo, Rabu (3/4), mengatakan, ”Saat bau belerang menyengat, dada rasanya sesak. Napas tersengal-sengal. Saya khawatir ada masalah di paru-paru,” tuturnya.
Terakhir, ia mencium bau belerang pada Selasa sekitar pukul 03.00 WIB. Selain sulit bernapas, ia merasa pusing. Jarak rumahnya dengan Kawah Timbang sekitar 1,5 kilometer.
Sejak statusnya dinaikkan dari Waspada (level II) menjadi Siaga (level III) pada Rabu (27/3), bau belerang dari hidrogen sulfida (H
Bau belerang paling sering tercium di Dusun Serang dan Sumber, sekitar 1,2 kilometer di barat kawah. Arah angin lebih sering berembus ke dua desa tersebut.
Menurut Muhamad Jupri (55), warga Dusun Serang, Sumberejo, bau belerang terutama tercium saat cuaca mendung. Puluhan warga di dusunnya pusing, mual, dan terganggu pernapasannya. ”Kebanyakan anak kecil dan lanjut usia. Bahkan, ada beberapa anak muntah-muntah, bahkan diare. Kami berharap ada pemeriksaan kesehatan,” ujar dia.
Kepala Pos Pemantauan Gunung Api Dieng Tunut mengatakan, konsentrasi gas dari Kawah Timbang masih relatif tinggi meski cenderung turun. ”Gas yang dibaui warga kemungkinan belerang dan mungkin akumulasi, bukan hari-hari ini saja. Untuk CO
Mengantisipasi muncul gas dari rekahan tanah, PVMBG meneliti kandungan CO
Menurut Kepala Desa Sumberejo Ibrahim, kekhawatiran warga kian meningkat, setelah sejumlah perabotan di rumah yang terbuat dari tembaga atau aluminium berubah warna dan mengalami korosi. Bahkan, perhiasan emas di bawah 24 karat berubah memutih.