Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jawa-Bali Masih Target

Kompas.com - 27/03/2013, 03:37 WIB

YOGYAKARTA, KOMPAS - Jaringan sindikat narkotika dan obat-obatan berbahaya di Malaysia terus mengincar kota-kota di Pulau Jawa dan Bali sebagai sasaran masuknya narkoba. Lemahnya sistem pengawasan dan keamanan di Malaysia dituding menjadi peluang maraknya penyelundupan barang ilegal tersebut.

Kepala Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Daerah Istimewa Yogyakarta Budiharso mengatakan, Yogyakarta ditengarai jadi salah satu pintu gerbang peredaran jaringan narkotika dan obat-obatan berbahaya (narkoba) internasional. Pada 2010- 2013 tercatat delapan kasus penyelundupan narkoba dalam jumlah besar lewat Bandar Udara (Bandara) Internasional Adisutjipto, Yogyakarta.

”Beberapa kali, kasus penyelundupan narkoba dari luar negeri terjadi bersamaan dengan kota-kota lain. Desember lalu, penangkapan kurir bersamaan dengan penangkapan kurir di daerah lainnya seperti Lombok, Semarang, dan Medan,” ujarnya, baru-baru ini.

Dari delapan kali penyelundupan yang digagalkan, Kepolisian Daerah DIY bersama BNNP DIY dan Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Yogyakarta berhasil menyita barang bukti 7,34 kilogram sabu, 3,912 kg heroin, dan 9.976 butir ekstasi.

Menurut Budiharso, sebagian besar penyelundupan menggunakan modus sama. ”Para kurir penyelundup narkoba biasanya menggunakan maskapai penerbangan AirAsia. Mereka menaruh narkoba di lipatan tas atau ditelan. Kasus terakhir, narkoba disimpan di tabung monitor televisi,” ucapnya.

Direktur Narkoba Polda DIY Komisaris Besar Wijanarko mengatakan, sebagian besar penyelundup narkoba yang digagalkan berasal dari Malaysia. ”Lemahnya sistem pengawasan dan keamanan di Malaysia menjadi kesempatan bagi para bandar dan kurir menyelundupkan narkoba ke Indonesia,” katanya.

Deteksi masih lemah

Maraknya narkoba dari Malaysia yang masuk ke Surabaya, Jawa Timur, juga tak lepas karena Indonesia merupakan pasar yang menggiurkan. Pengedar semakin leluasa beroperasi karena minimnya alat deteksi dan lemahnya penegakan hukum.

”Dahulu, Indonesia hanya lokasi transit, tetapi sejak lima tahun terakhir justru jadi pasar empuk pengedar narkoba,” kata Kepala Bidang Pencegahan BNNP Jatim Naniek Yuniati.

Selama ini, narkoba yang dibawa, termasuk Malaysia, kerap tertangkap ketika masuk atau keluar bandara akibat keberadaan detektor narkotika. Namun, alat deteksi ini belum ada di lokasi lainnya, seperti Pelabuhan Tanjung Perak.

Menurut Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean Juanda Iwan Hermawan, kasus narkoba yang berasal dari Malaysia terungkap akhir Desember 2012 di Bandara Juanda, Sidoarjo. ”Ka- mi membekuk Satuna Binti Abdul Bajid (37), kurir yang turun dari pesawat asal Kuala Lumpur, Malaysia. Perempuan asal Madu- ra yang juga pekerja rumah tangga itu membawa sabu 100 gram senilai Rp 200 juta,” tuturnya.

Punya tanggung jawab

Pulau Bali juga masih terus diincar jaringan sindikat narkoba, termasuk dari Malaysia. Alasannya, selain ramai sebagai daerah wisata, jumlah pemakai narkoba di daerah ini juga tergolong besar.

Sejak bulan Januari hingga awal Maret, petugas Bea dan Cukai Bandara Ngurah Rai, Bali, mencegah masuknya narkoba. Awal tahun ini, Sargunan M Suppiah (37), penumpang pesawat internasional rute Kuala Lumpur-Denpasar, ditangkap. Pria asal Selangor, Malaysia, itu diketahui menyembunyikan 372 gram heroin di celana dalamnya.

Tak lama berselang, Vincent Roger Petrone (43), laki-laki berkebangsaan Perancis, yang menyembunyikan mariyuana ditangkap saat turun dari pesawat asal Kuala Lumpur.

Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean Ngurah Rai Made Wijaya menyatakan, Bea dan Cukai setiap negara memang punya tanggung jawab melindungi dan menjaga negaranya.

”Mungkin karena lebih fokus menjaga negaranya sehingga pengawasan dan pemeriksaan penumpang yang berangkat tak seketat pemeriksaan saat penumpang datang. Akibatnya, kesannya narkotika relatif lebih mudah dibawa keluar,” ujarnya. (ABK/COK/ILO/DEN/ZAL/AHA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com