Maumere, Kompas
Aktivitas pertanian mulai dilakukan, selain karena sebagian warga sudah terlalu lama tak mengolah lahan pertaniannya setelah menjadi pengungsi, ketersediaan pangan mereka juga semakin menipis. Jika tak segera mengolah lahan, mereka bisa terancam kelaparan.
Hal itu disampaikan Camat Palue Laurensius Regi seusai menengok rumahnya di Pulau Paluedi Sikka, Kamis (14/3). ”Sejak letusan Gunung Rokatenda pada Oktober tahun lalu, warga desa di Palue tak bisa lagi menanam, terutama dalam radius 3 kilometer dari puncak gunung. Padahal, saat itu warga biasanya mulai menanam seperti jagung atau ubi kayu karena musim hujan. Namun, karena tak bisa tanam, kini warga ada yang berkebun di kawasan pantai,” ujarnya.
Sejak akhir tahun lalu, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi menetapkan Gunung Rokatenda berstatus Siaga karena aktivitasnya meningkat. Warga yang berjumlah 11.000 orang pun diungsikan ke Maumere, ibu kota Kabupaten
Bonefasius Lise (32), warga Dusun Koa, Desa Rokirole, Pulau Palue, yang juga baru menengok rumahnya, mengakui, kondisi rumah dan kebun miliknya tertutup abu vulkanik. ”Kebun tak dapat digarapi, pohon-pohon juga mati semua. Padahal, kami ingin bertanam lagi,” katanya.
Kepala Dusun Awa Male, Desa Nitunglea, Bartolomeus Pele mengharapkan perhatian Pemerintah Kabupaten Sikka terhadap keinginan warganya yang akan mengolah kembali lahannya pasca-letusan agar tak selamanya jadi pengungsi.