Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kembangkan Talenta Kita untuk Kebaikan Sesama

Kompas.com - 05/03/2013, 02:36 WIB

Pengantar Redaksi

Melalui Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB) Veronica Colondam lebih dikenal sebagai aktivis kampanye antinarkoba untuk para remaja yang memang menjadi sasaran penyebaran narkoba. YCAB berkampanye kepada remaja mengenai bahaya narkoba. Vera— panggilannya—sudah diidentikkan dengan program antinarkoba.

Dalam perjalanannya YCAB meluaskan gerakannya, tidak melulu antinarkoba, tetapi bidang sosial lainnya seperti ekonomi dan pendidikan. YCAB kini juga bergerak di bidang ekonomi dan pendidikan dengan membuat rumah belajar untuk anak putus sekolah.

Pertanyaan dari pembaca memang banyak berkaitan dengan ihwal kampanye narkoba dan upaya penanggulangannya. Vera memilih pertanyaan tidak melulu narkoba, tetapi juga bidang pendidikan dan sosial yang menjadi garapan YCAB.

 ***

Kak Veronica, apakah lebih baik kita melakukan sosialisasi anti-merokok kepada anak sejak balita sebagai bagian dari program antinarkoba? (Sudono Jaya Wong, Jakarta Timur)

Anda tepat menyatakan bahwa kebiasaan merokok memang bisa menjadi gerbang penggunaan narkoba. Namun, dari berbagai penelitian National Institute on Drug Abuse (NIDA) Amerika Serikat didapati pemahaman soal bahan adiktif (seperti rokok), dalam hubungannya dengan fungsi otak atau organ lainnya, akan lebih efektif diberikan kepada anak usia SD, terutama kelas IV, V, dan VI.

Di kelompok usia ini, pemahaman anak lebih baik tentang bagaimana tubuh manusia bekerja dan apa saja yang dapat merusak otak dan kesehatan pada umumnya.

Saya sangat terkesan dengan kegiatan Mbak Vera di YCAB. Hal apa yang paling berkesan yang pernah Mbak Vera alami selama berkecimpung dalam YCAB? (Asep Cahyono, Rawasari, Jakarta Pusat/Adrian Hernando, Kota Cirebon)

Jawaban untuk Asep dan Andrian disatukan. Hal yang paling berkesan adalah ketika saya menerima penghargaan dari PBB akhir tahun 2001 dan awal tahun ini. YCAB terpilih sebagai NGO #74 dari Top 100 NGO Global. Penghargaan ini melengkapi evolusi dan sejarah YCAB.

Namun, semua itu tidak dapat tercapai tanpa doa dan dukungan seluruh lapisan masyarakat. Saya sungguh merasakan pertolongan Tuhan selama memimpin YCAB dan sulit untuk diceritakan satu per satu hal-hal ajaib yang kami alami. Mudah-mudahan satu hari kelak semua perjalanan YCAB bisa ditulis dalam sebuah buku.

Pernah enggak sih Mbak Veronica habis kesabarannya menghadapi perilaku anak-anak yang terkadang di luar batas kewajaran (misalnya menjengkelkan)?(Permata Romadhonita, Mojokerto)

Perubahan memakan waktu dan tidak ada jalan pintas. Tidak semua remaja yang kami bina memiliki kesabaran dalam perjuangan untuk mengubah nasib mereka.

Akhirnya memang kami tidak bisa menolong semua orang. Ada yang mau berjuang untuk mengubah nasibnya. Ada yang tidak sabar dalam perjuangannya sehingga kami harus mendahulukan yang mau berjuang. Hak perjuangan untuk mengubah nasib mereka adalah milik mereka sendiri. YCAB hanya bisa memfasilitasi perubahan itu.

Saat ini YCAB merambah ke bidang ekonomi dan pendidikan dan saya dengar mempunyai unit-unit bisnis berbentuk PT juga. Apakah saja itu dan bagaimana mengelolanya dalam bentuk kewirausahaan sosial? (Christian Natalie, Bandung)

Ada tiga perusahaan dan satu koperasi yang berdiri di lingkungan YCAB sejak tahun 1999.

Dalam hal pendidikan, YCAB mendirikan rumah belajar yang merupakan pusat belajar masyarakat yang didirikan dengan izin PKMB dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Rumah belajar pertama lahir pada tahun 2003 karena kesadaran saya tentang tingginya jumlah anak usia sekolah yang putus sekolah atau tidak lanjut. Bukan itu saja, bagi yang sekolah lanjut, rendahnya keterampilan membuat mereka sulit mendapat pekerjaan setelah lulus.

Di akhir tahun 2013, jumlah rumah belajar akan mencapai 60 di berbagai penjuru Indonesia dan 5 mobil belajar (laboratorium komputer keliling) akan beroperasi di daerah Jabodatabek. Dari semua fasilitas ini diharapkan akan ada 25.000 anak yang berkesempatan mendapat pendidikan berkualitas dan dipersiapkan untuk dunia kerja.

Mbak Vera, sebagai seorang aktivis dan pebisnis, menurut Anda, mengapa usaha berbasis sosial lebih bermakna dan menarik dikaji sebagaimana peran Anda sebagaii pendiri dan CEO YCAB? Apa yang menjadi target Anda saat ini yang belum tercapai? (Reginald Izaac, Tangerang)

Peran saya sebagai pendiri dan CEO YCAB kini lebih pada membawa semua entitas berkesinambungan. Tugas saya adalah mempersiapkan kelanggengan keberadaan YCAB dan seluruh unit usaha pendukungnya. Saya telah membawa YCAB sejak dari tahap survival di tahun pertama dan masuk ke tahap sustainabilitas. Kini saya masuk ke tahap membangun legacy.

Mimpi saya adalah YCAB akan tetap ada walaupun saya tidak lagi ada di dunia. YCAB akan tetap berkumandang menjalankan misinya di dunia ini.

Jika ditanya apa yang menjadi target saat ini adalah mengembangkan YCAB bahkan sampai level dunia. Salah satu mimpi kami adalah ekspansi global.

Kesuksesan YCAB tentu tidak lepas dari dukungan donatur, termasuk korporasi yang menjadi mitra. Bagaimana pendekatan yang dilakukan oleh YCAB sehingga ada cukup banyak perusahaan yang kini menjadi mitra YCAB?(Peter Alimin, Surabaya)

Pendekatan yang kami lakukan lebih pada pendekatan bisnis. Pertama, kemitraan didasari semangat ekualitas. Kedua, harus ada penjajaran (alignment). Ketiga, harus jelas akuntabilitasnya.

Sebagai lembaga nonprofit, kami berhadapan setara dengan korporasi pada umumnya karena sama-sama memiliki expertise khusus dalam bidangnya masing-masing. Kami memulai pembicaraan karena masing-masing memiliki sesuatu yang dapat ditawarkan dalam kemitraan tersebut.

Yang ditawarkan YCAB dalam kemitraan adalah model perubahan sosial yang berkesinambungan dimana korporasi diposisikan sebagai ”investor sosial” dan bukan sekadar pemberi donasi.

Slogan Anda bahwa bisnis yang tidak berdampak sosial itu tidak trendi kiranya dapat menginpirasi para pebisnis lain di negeri ini. Dengan demikian, ke depan anak bangsa kita yang kurang beruntung akan lebih baik dari sebelumya. Bagaimana Anda membagi waktu untuk menjalankan aktivitas di YCAB dan bisnis Anda terutama di New York?(I Nyoman Hadicipta, Denpasar)

Bisnis kami berbasis di Indonesia, demikian pula YCAB. Unit bisnis yang didirikan bertujuan menopang kelangsungan YCAB dan semuanya beroperasi di Indonesia.

YCAB International adalah entitas terpisah yang berdiri di AS sebagai lembaga nonprofit yang memiliki fasilitas pengurangan pajak bagi donatur (baik lembaga maupun perorangan) yang warga negara AS. YCAB Internasional adalah hubungan internasional YCAB Group yang diharapkan kelak menjadi pusat kegiatan global kami.

Masalah pembagian waktu adalah masalah disiplin diri. Tantangan terbesarnya adalah menentukan mana yang jadi prioritas.

Apakah Anda juga tertarik mendirikan yayasan serupa yang bergerak di bidang perlindungan kaum perempuan? Hal itu mengingat belakangan ini kasus pelecehan terhadap perempuan semakin marak. (Fitriyani, Jakarta Selatan)

Saya pribadi merasa isu kekerasan terhadap wanita adalah hal yang penting untuk diperjuangkan. Namun, saya percaya fokus yang jelas dan mengerucut pada satu isu akan membuat seseorang lebih bisa mendalami bidangnya dan berkarya dengan lebih nyata.

Fokus saya sementara ini masih di YCAB. Meski demikian, tidak menutup kemungkinan bagi saya untuk mendukung mereka yang ingin memperjuangkan isu kekerasan terhadap wanita.

Bagaimana cara Sis menyentuh pencandu narkoba untuk kembali normal dan berhenti selamanya karena akan merusak masa depan bangsa ini? (Carolina Herawati, Bandung)

YCAB memilik tiga pilar program, yakni promosi gaya hidup sehat, pendidikan untuk prasejahtera (rumah belajar), dan pemberdayaan ekonomi.

Pencegahan narkoba yang kami lakukan di bawah program pilar pertama (promosi gaya hidup sehat) adalah program edukasi remaja yang meliputi bahaya narkoba, seks bebas, dan antibullying. Perlu diketahui bahwa YCAB tidak melakukan program rehabilitasi pencandu karena kami bukan panti adiksi.

Dari mana sumber dana kegiatan-kegiatan sosial YCAB Anda?(Pande Putu, Tangerang Selatan)

Ada dua sumber pendanaan YCAB, yakni internal dan eksternal. Sumber internal didapat dari YCAB Group, yaitu Koperasi YCAB dan beberapa unit bisnis YCAB. Sumber eksternal didapat dari donasi publik ataupun kerja sama kemitraan dengan berbagai korporasi.

Program pemberdayaan ekonomi YCAB oleh Koperasi YCAB mendukung program pendidikan YCAB, khususnya rumah belajar.

Bagaimana sistem bisnis YCAB sehingga mendapatkan keuntungan dari yayasan sosialnya? (Septian Rahmat Guntara, Bandung)

Istilah social enterprise dan pelakunya yang dikenal dengan sebutan social entrepreneur memang baru kondang 5-10 tahun belakangan ini. Di Indonesia, mungkin baru 3-4 tahun belakangan.

YCAB memiliki beberapa unit bisnis dan koperasi yang bertujuan menopang kelangsungan misi sosial yayasan. Hal ini dibuat sedemikian rupa sehingga donasi yang kami terima dari publik tidak digunakan untuk menutup biaya administrasi yayasan, tetapi seluruhnya dipakai untuk program dan pengembangannya.

Jadi, pernyataan saya bahwa bisnis yang tidak berdampak sosial itu tidak trendi artinya pebisnis zaman sekarang harus mulai berpikir lebih jauh dari sekadar single bottomline, yaitu keuntungan (profit). Yang trendi adalah pebisnis yang memiliki triple bottomlines, yaitu profit, people, dan planet.

Apa langkah pertama kita jika ada orang di sekitar kita ”positif” pemakai narkoba?(Fera, Makassar)

Langkah pertama jika mendapati teman atau tetangga menggunakan narkoba adalah mengajak mereka bicara. Cari tahu jika memang mereka mau berubah. Jika ya, banyak program (konseling, detoksifikasi, atau rehabilitasi) yang bisa disesuaikan dengan kondisi adiksinya.

Jika mereka tidak bersedia ditolong atau masih dalam tahap denial (tidak mengakui dia bermasalah), tidak banyak yang dapat dilakukan bagi mereka selain mendoakan supaya satu saat mereka akan berubah. Tanpa keinginan keras dari pengguna, adiksi narkoba sulit dipulihkan.

Bagaimana kiat agar kita bisa benar-benar ”terjun” membantu orang lain? Mengingat banyak orang yang merasa miris dan prihatin melihat penderitaan orang lain, tetapi toh tidak cukup untuk membuatnya tergerak dan melakukan sesuatu.(Ririn Fakhriani, Makassar)

Dalam hidup ini tugas kita adalah mengusahakan dan mengembangkan talenta yang kita miliki untuk kebaikan sesama.

Pertanyaan eksistensialisme yang menerjang saya ketika berulang tahun ke-26 adalah apa makna hidup saya. Saat itu saya sudah menjadi ibu muda bagi dua anak saya. Namun, saya merasa ada yang kurang jika tidak mengamalkan talenta yang ada dalam diri saya. Seakan saya lalai mengoptimalkan potensi diri yang diberikan Tuhan. Saya dikejar pertanyaan-pertanyaan seputar makna hidup dan dampak apa yang harus saya bawa melalui hidup saya, how do I want to be remembered?

YCAB lahir delapan belas bulan kemudian. Singkatnya, YCAB adalah sebuah produk perjalanan kontemplasi spiritual saya untuk memaknai hidup.

Apa kiat-kiat atau langkah jitu dalam membangun kesuksesan sebuah bisnis yang berdampak sosial/social business? (Zukarlita, xxxx@gmail.com)

Membangun bisnis sosial atau bisnis nonsosial itu sama saja. Semua bisnis harus dimulai dengan pemahaman yang baik tentang bidang yang dipilih.

Selain itu, perlu adanya perencanaan keuangan yang baik dengan membuat proyeksi yang matang. Membangun tim yang kuat dan solid, membuka jaringan, membangun kredibilitas, dan konsisten dalam menjaga kualitas dan kepercayaan adalah beberapa hal mendasar yang dibutuhkan untuk keberlangsungan sebuah bisnis.

Apa saja persyaratan bagi anak-anak yang hampir putus sekolah dalam arti masih lengkap orangtuanya, tetapi tidak punya penghasilan yang cukup untuk biaya sekolah? Apakah mereka juga boleh mendapat bantuan dari Ibu Veronica atau dari YCAB yang Ibu kelola?  (Sr Raynelda SFD, Yogykarta)

Program rumah belajar kami memang dikhususkan bagi remaja putus sekolah dan prasejahtera di Indonesia. Tentu saja rumah belajar kami sangat terbuka bagi remaja dari kalangan prasejahtera yang mengalami kesulitan ekonomi untuk melanjutkan pendidikan. Yang kami pentingkan dalam penerimaan murid adalah kondisi ekonomi murid dan bukan kondisi keluarganya.

Saat ini rumah belajar kami ada di 33 lokasi pada 12 provinsi di Indonesia. Sampai akhir 2013, kami akan membuka 20 rumah belajar lagi dan mudah-mudahan bisa menjangkau lebih banyak remaja prasejahtera yang membutuhkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com