Hal tersebut disampaikan Menteri Perdagangan Gita Wirjawan setelah meresmikan Pasar Cakke di Enrekang, Sulawesi Selatan, Selasa (19/2). ”Bapak Presiden meminta agar harga daging dikendalikan. Kami tengah menyelidiki apa penyebab utama. Kami menduga ada dua penyebab, yakni penahanan stok dan kekurangan pasokan,” kata Gita.
Gita mengatakan, jika penyebabnya adalah penahanan stok oleh pedagang, mereka harus diberi peringatan dan sanksi. Jika penyebabnya adalah faktor pasokan, solusinya adalah
Menurut Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Srie Agustina, lonjakan harga daging terutama terjadi di wilayah Jabodetabek.
”Di kawasan timur harganya tidak semahal Jakarta, yakni Rp 65.000-Rp 70.000 per kilogram, sementara di Jakarta masih bertahan di level Rp 90.000 per kilogram,” ujarnya.
Sementara itu, di Jakarta, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Syukur Iwantoro mengatakan, dengan tingkat harga daging sapi yang bagus,
Mereka merupakan peternak program Sarjana Membangun Desa (SMD) dari Nusa Tenggara Barat, Bali, Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Barat, Banten, dan Lampung, dengan peternak binaannya yang tergabung dalam SMD Agribisnis Group. Harga daging yang mereka pasok berkisar Rp 80.000 hingga Rp 85.000 per kilogram.
Syukur juga mengatakan, saat ini di Ponorogo, Jawa Timur,
Pada Juli 2013, sebanyak 14 rumah potong hewan modern akan siap berproduksi. Rumah pemotongan tersebut tersebar di Mataram, Bima, Jember, Malang, dan beberapa kabupaten sentra produksi daging di Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Perusahaan transportasi darat BUMN, PT Kereta Api Indonesia, juga siap mengangkut 800 ton daging sapi beku ke wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi dari sentra produksi daging sapi di Jawa.
Hal yang sama dilakukan PT Merpati dan PT Pelni. Masalah kelancaran arus daging sapi dari sentra produsen ke konsumen menjadi perhatian serius pemerintah.