Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Maharani Minta Maaf kepada Semua Perempuan Indonesia

Kompas.com - 05/02/2013, 22:48 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Maharani, mahasiswi salah satu universitas swasta di Jakarta yang sempat ditahan Komisi Pemberantasan Korupsi terkait kasus dugaan suap kuota impor daging sapi yang melibatkan mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera, akhirnya muncul ke publik. Di depan sorot kamera para juru warta, Maharani meminta maaf.

"Rani minta maaf karena peristiwa ini telah mengganggu psikologis ibu. Rani juga minta maaf pada kampus karena sudah merusak nama baik kampus. Minta maaf juga pada seluruh rakyat Indonesia, khususnya kaum perempuan," kata Maharani dalam konferensi pers di salah satu hotel di Jakarta, Selasa (5/2/2013) malam. Remaja 19 tahun tersebut hadir di hadapan media didampingi ayah dan kuasa hukumnya.

Kuasa hukum Maharani, Wisnu Wardana, mengatakan, kliennya tidak memiliki sangkut paut dengan kasus korupsi yang mendera pucuk pimpinan partai berlambang bulan sabit kembar dan padi tersebut. Menurutnya, Maharani menjadi korban karena berada di tempat dan waktu yang salah.

Wisnu menjelaskan, terseretnya Maharani dalam kasus ini bermula saat kliennya itu tengah jalan bersama kawan-kawannya di sebuah kafe pusat perbelanjaan di Senayan, Jakarta Pusat, Senin (28/1/2013) malam. Saat itu seorang pramuniaga kafe menghampiri Maharani sambil membawa secarik kertas bertuliskan nomor telepon seseorang yang belakangan diketahui bernama Ahmad Fathanah (AF).

"Saat itu, AF sudah enggak ada di lokasi. Pelayan itu bilang buat Rani. Rani sendiri enggak tahu yang namanya AF yang mana," ujar Wisnu. Menurut Wisnu, karena keramahannya, Maharani lantas mengontak nomor telepon yang ada di secarik kertas tersebut melalui pesan singkat.

Dalam komunikasi itu Fathanah mengajak Maharani berkenalan dan bertemu di sebuah tempat yang disepakati, yakni Hotel Le Meridien, pada keesokan harinya, Selasa (29/1/2013) petang. Maharani setuju. Sesampainya di lobi hotel pada Selasa petang, Fathanah mengajak Maharani makan malam di kafe hotel. Mereka berkenalan. Fathanah mengaku sebagai pengusaha.

Setelah sekitar satu jam berbincang-bincang, Fathanah mengeluarkan uang sebesar Rp 10 juta dan diberikan kepada Maharani. Menurut Wisnu, uang itu disebut Fathanah sebagai uang perkenalan. Meski sempat ragu, Maharani menerima uang itu.

"Rani enggak tahu jumlah uang itu berapa dan ia juga sempat menanyakan apakah itu uang palsu atau bukan. Akhirnya diterima," lanjut dia.

Menurut Wisnu, Maharani mengaku kepadanya bahwa menerima uang dari Ahmad Fathanah merupakan kesalahan terbesar dalam hidupnya. Terbukti, satu jam setelah pertemuan dengan Fathanah, petugas KPK datang menyergap. Karena uang tersebut, nama Maharani akhirnya terseret dalam kasus suap-menyuap terkait impor daging sapi yang melibatkan pucuk pimpinan PKS tersebut.

Maharani berharap publik dapat memaafkan dan mengerti keberadaannya dalam kasus itu. Selanjutnya, ia ingin melanjutkan kehidupannya.

Skandal dugaan suap kuota impor daging sapi terungkap setelah KPK menangkap Ahmad Fathanah dan Maharani di Hotel Le Meredien pada Selasa malam. Dari tangan Fathanah, KPK menyita uang tunai sejumlah Rp 1 miliar yang disimpan dalam kantong plastik dan koper. Maharani juga kedapatan menerima uang Rp 10 juta dari Fathanah. Maharani kemudian mengembalikan uang itu.

Dalam pengembangan penyidikan kasus ini, KPK lalu menetapkan empat tersangka, yaitu mantan Presiden PKS Lutfhi Hasan Ishaaq, Ahmad Fathanah yang disebut-sebut sebagai teman dekat Luthfi, Arya Abdi Effendi, dan Juard Effendi. Arya dan Juard adalah direktur PT Indoguna, perusahaan yang berperan mengimpor daging sapi. Luthfi dan Ahmad Fathanah diduga menerima suap terkait kebijakan impor sapi dari dua direktur PT Indoguna tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Pengemudi HR-V yang Tabrak Bikun UI Patah Kaki dan Luka di Pipi

    Pengemudi HR-V yang Tabrak Bikun UI Patah Kaki dan Luka di Pipi

    Nasional
    Bakal Cek Tabung Gas, Zulhas: Benar Enggak Isinya 3 Kilogram?

    Bakal Cek Tabung Gas, Zulhas: Benar Enggak Isinya 3 Kilogram?

    Nasional
    BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

    BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

    Nasional
    Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

    Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

    Nasional
    Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

    Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

    Nasional
    Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

    Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

    Nasional
    “Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

    “Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

    Nasional
    Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

    Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

    Nasional
    Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

    Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

    Nasional
    Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

    Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

    Nasional
    Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

    Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

    Nasional
    [POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

    [POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

    Nasional
    Kualitas Menteri Syahrul...

    Kualitas Menteri Syahrul...

    Nasional
    Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

    Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com