Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Membaca Celetukan Staf Komnas HAM

Kompas.com - 12/01/2013, 16:25 WIB
Edna C Pattisina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Di antara wacana-wacana besar, realitas kerap tecermin dari hal-hal subtil yang mencuat lewat celetukan. Dilihat dari konteksnya, celetukan, candaan, atau komentar lepas bisa merepresentasikan persoalan yang ditutupi. Pertemuan koalisi lembaga swadaya masyarakat dengan 13 komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Jumat (11/1/2013), memunculkan hal itu.

Sekitar 30 aktivis LSM mempertanyakan keputusan Rapat Pleno Komnas HAM yang tiba-tiba memotong masa jabatan ketua Komnas HAM dari 2 tahun 6 bulan menjadi 1 tahun. Tidak seperti biasa, pertemuan itu dihadiri sekitar 50 anggota staf Komnas HAM.

”Kami yang kerja di lapangan, keputusan komisioner itu kacau banget, bisa berantakan semuanya,” kata seorang staf yang enggan disebutkan namanya.

Seusai mendengarkan keberatan dari Haris Azhar (Kontras) dan Choirul Anam (HRWG), salah seorang komisioner, Natalis Pigai, mempersilakan Ketua Komnas HAM Otto Syamsuddin Ishak menjawabnya. Dari sisi kanan, tiba-tiba terdengar komentar staf. ”Giliran jawab pertanyaan ketua, kemarin aja sama rata sama rasa,” demikian suara itu.

Demikian juga saat Ansori Singan menyatakan kalau masa kepemimpinan itu tak menjamin kinerja Komnas HAM. Apalagi, sudah ada kerangka rencana strategis yang disusun bersama. ”Lima tahun, dua setengah tahun, tidak menjamin kinerjanya pasti bagus,” ujarnya. ”Apalagi setahun, Pak!” komentar anggota staf disambut tawa teman-temannya.

Sambutan paling mencolok adalah saat mantan anggota Komnas HAM, MM Billah, yang terlambat datang masuk ke ruangan. Serta-merta diskusi berhenti karena Billah disambut dengan tepuk tangan.

Staf Komnas HAM bisa dibilang anonim. Namun, dalam keseharian, merekalah yang bekerja dalam senyap jadi mesin penggerak Komnas HAM. Mereka juga yang jadi saksi perdebatan dan perkembangan Komnas HAM dari masa ke masa. Keberatan dari mereka lebih bersifat harapan.

Misalnya saat Stanley Adi Prasetya mengingatkan pentingnya subkomisi pengkajian. ”Kenapa subkomisi pengkajian ada di daftar pertama, tetapi tidak ada yang mau?” Pertanyaan dijawab dengan celetukan staf, ”Keriiing, Pak.”

Saat Billah bertanya soal pemotongan jabatan ketua Komnas HAM, ”Apa alasan nalar, alasan kultural, politik, atau apa?”, lagi-lagi celetukan yang menjawab, ”Alasan Camry, Pak. Elegan.”

Membaca celetukan staf ini, apa harapan Anda pada komisionernya?

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

    Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

    Nasional
    “Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

    “Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

    Nasional
    Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

    Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

    Nasional
    Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

    Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

    Nasional
    Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

    Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

    Nasional
    Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

    Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

    Nasional
    [POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

    [POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

    Nasional
    Kualitas Menteri Syahrul...

    Kualitas Menteri Syahrul...

    Nasional
    Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

    Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

    Nasional
    Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

    Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

    Nasional
    Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

    Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

    Nasional
    Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

    Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

    Nasional
    Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

    Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

    Nasional
    Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

    Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com