Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Blusukan"...

Kompas.com - 05/01/2013, 08:52 WIB

Jangankan ”rak sepeda” (semacam pagar besi) yang memagari dan mengatur alur massa, patroli pun nyaris tak terlihat. Akhirnya yang terjadi bisa ditebak: sebagian massa bertindak ”semau gue”.

Saking padatnya area di sekitar Bundaran Hotel Indonesia, Anda mustahil menembus kerumunan ke jalan-jalan di sekitar itu, seperti Jalan Sutan Syahrir. Sebaiknya Bundaran HI itu (bibir bundar kolam air mancur) harus bersih dari manusia.

Sebab, di situlah sentra kegiatan yang menjadi klimaks dari rentetan acara sejak karnaval sore sampai pesta kembang api. Andai area itu bersih, semua pengunjung merasa aman dan nyaman menyaksikan pesta kembang api.

Pengelolaan panggung (semuanya ada 16 panggung) juga kurang memadai. Di beberapa titik ada panggung yang berhadapan sehingga membuat kerumunan tidak terkontrol dan taman median jalan pun rusak parah terinjak kaki.

Sejak petang terlihat juga kekeliruan penutupan jalan yang cuma berlaku di Thamrin-Sudirman. Mungkin pada masa mendatang perlu juga penutupan diperluas ke jalan-jalan di sekitar Thamrin-Sudirman.

Saya pernah meliput pelantikan Presiden Amerika Serikat Barack Obama di halaman Kongres, Washington DC, tahun 2009. Pelantikan disesaki sekitar 1,1 juta manusia dan dikawal ”hanya” 10.000 polisi plus ribuan rak sepeda yang bekerja efektif.

Kunci sukses acara, jalan-jalan dalam radius 3-5 kilometer sekeliling tempat acara ditutup dari kendaraan sejak subuh sampai malam. Itu pun sempat ada insiden, massa nyaris terinjak-injak di sebuah terowongan karena mendadak panik.

Sistem pengamanan wajib tentu perlu kajian serius dan berkali-kali untuk menghindari jatuhnya korban pada masa mendatang. Manajemen panggung pasti akan jauh lebih baik jika pesta rakyat ini melibatkan lebih banyak kalangan profesional.

Puas rasanya berada di antara warga Jakarta dan juga dari luar kota untuk melepas tahun yang lama sekaligus menyambut tahun yang baru. Terharu rasanya melihat antusiasme warga, misalnya keluarga-keluarga yang bertenda di trotoar.

Setiap warga kota besar/ibu kota perlu gairah dan salah satu kanal menambah kegairahan itu berkumpul menikmati pesta rakyat, mulai dari karnaval sampai atraksi kembang api. Pesta rakyat yang lalu bukan sekadar sukses gubernur atau kepala polda, melainkan juga sukses kita warga Ibu Kota.

Justru karena ini sukses bersama, sia-sia rasanya menganggap ”fenomena Jokowi” sebagai pengulangan Bang Ali. Terima saja faktanya: kepemimpinan mereka memang populer.

Kita warga Jakarta jangan mau kalah sama Bang Jo. Kalau dia sering blusukan, kita juga perlu blusukan ke Thamrin-Sudirman pada saat pesta- pesta rakyat mendatang.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com