Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lewat Kapur Tulis, Abraham Samad Mengenal Antikorupsi

Kompas.com - 20/11/2012, 10:37 WIB
Dian Maharani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Seusai kegiatan belajar-mengajar, ruang kelas langsung sepi. Kebanyakan guru di sekolah meninggalkan sisa-sisa kapur tulis yang digunakan saat mengajar. Ada yang tergeletak di papan tulis, meja, adapula yang jatuh ke lantai kelas. Abraham kecil dan beberapa temannya kemudian mengambil kapur tulis itu dengan semangat.

"Waktu SD, saya (belajar) pakai kapur tulis sama dengan crayon. Dulu, guru-guru saya menganggap kapur tulis tidak berharga. Jadi, saya dan teman-teman mengambil kapur tulis itu," ucap Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Abraham Samad itu.

Siapa yang peduli dengan kapur tulis itu? Toh, keesokannya akan ada kapur tulis baru di kelas. Begitu pikir Abraham. Abraham pun pulang ke rumah membawa kapur-kapur tulis itu. Ia ingin menulis maupun menggambar dengan kapur itu di rumahnya. Ibu Abraham kemudian melihat tingkah laku anaknya itu. Lantas sang ibu menanyakan dari mana Abraham mendapatkan kapur tulis itu.

Abraham pun menjelaskan, benda ditangannya itu diambilnya dari kelas. Sang ibu langsung melarang Abraham membawa kapur tulis pulang ke rumah. "Pulang sekolah, Ibu saya bertanya. Kamu bawa kapur tulis ke rumah? Besok jangan kamu ambil," kata Abraham meniru ucapan ibunya saat itu.

Pria kelahiran Makassar, Sulawesi Selatan pada 27 November 1966 itu pun tak menyangka dilarang sang ibu membawa kapur tulis. Bahkan ia diminta mengembalikan kapur tulis berwarna putih itu

"Ini bukan barang milik kamu. Besok, kalau kamu ke sekolah, kembalikan!" ujar Abraham yang meniru ucapan ibunya lagi.

Ia pun selalu teringat dengan perkataan sang ibu. Hal ini sangat membekas di pikirannya saat itu, bahwa seseorang tidak boleh mengambil sesuatu yang bukan haknya. "Ini sebenarnya sepele, tapi membekas di diri kita. Setiap barang yang bukan milik kita seharusnya tidak kita ambil," terang.

Hal itu diceritakan Abraham saat mengisi acara peluncuran buku "Tunas Integritas" di Indonesia Book Fair, Istora Senayan, Jakarta, Senin (19/11/2012). Buku tersebut merupakan program kerjasama KPK dan Forum Penulis Bacaan Anak (FPBA) untuk memberikan pendidikan antikorupsi pada anak-anak sejak usia dini.

Menurut lulusan Universitas Hasanuddin itu, selain orang tua di rumah, peran guru di sekolah juga sangat penting dalam pengembangan karakter anak. Hal itu dapat ditanamkan kepada anak-anak sejak dini atau saat duduk di bangku Taman Kanak-kanak (TK) dengan cara yang sederhana.

Dalam kisah kapur tulis itu, menurut Abraham, sang guru seharusnya melarang anak-anak murid mengambil kapur atau sesuatu yang bukan miliknya. "Seharusnya guru melarang. Pendidikan sejak dini ini sederhana, tapi melekat dalam sanubari kita," tandasnya.

Sejak dini, Abraham banyak diajarkan ibundanya tentang nilai-nilai kebaikan. Mulai dari kejujuran, keadilan, kepedulian, kedisiplinan, tanggung jawab, hingga keberanian. Saat beranjak dewasa, Abraham pun sadar, hal itulah yang mengajarkannya tentang arti antikorupsi.

"Mungkin pendidikan itulah yang mengantarkan saya menjadi Ketua KPK saat ini," ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com