Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kabareskrim: Koordinasi dengan KPK Sangat Baik

Kompas.com - 14/11/2012, 13:57 WIB
Dian Maharani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Badan Reserse Kriminal Polri Komisaris Jenderal Sutarman mengaku selalu berkoordinasi dengan baik dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terkait kasus-kasus pemberantasan korupsi. Salah satunya adalah untuk kasus dugaan korupsi pelat nomor kendaraan bermotor (PNKB) di Korps Lalu Lintas Polri.

"Ya, koordinasi sangat baik. Kan, saya katakan pelaksana kegiatan pengadaan barang dan jasa di Korlantas adalah yang sekarang diperiksa KPK. Kita tunggu saja perkembangannya," ujar Sutarman seusai merayakan HUT Korps Brimob di Markas Korps Brimob, Kelapa Dua, Depok, Rabu (14/11/2012).

Sutarman menegaskan proyek PNKB serangkaian dengan simulator SIM, namun kasus dugaan korupsi tersebut berbeda. Menurut Sutarman, pengadaan barang dan jasa di Korlantas itu mulai dari PNKB, simulator, dan proyek lainnya saat itu penyelenggaranya sama. Penyelenggara pengadaan tersebut di antaranya Irjen Djoko Susilo sebagai Kuasa Pengguna Anggaran dan Brigjen Didik Purnomo sebagai Pejabat Pembuat Komitmen (PPK). Untuk itu, Sutarman mengaku menunggu proses penyidikan yang dilakukan KPK terkait simulator SIM.

"Itu, kan rangkaian yang dulu, yang menyelenggarakan kegiatan pengadaan di Korlantas orangnya itu-itu juga, yang sekarang sedang disidik KPK (simulator SIM). Kita tunggu saja penyidikan dan pemeriksaan yang dilakukan KPK," terang Sutarman.

Sutarman mengaku belum menetapkan tersangka dan belum memeriksa saksi-saksi. Ia menjelaskan, Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan (SPDP) yang diserahkan pada Kejaksaan Agung Oktober 2012 lalu tidak disertai dengan nama tersangka. "Belum ada. Pemeriksaan saksi waktu itu terkait simulator," ujarnya.

Untuk diketahui selain proyek pengadaan simulator surat izin mengemudi (SIM) senilai Rp 196 miliar, diduga ada dua proyek lain di Korlantas Polri pada 2011 lalu, yakni proyek PNKB senilai Rp 500 miliar dan STNK-BPKB dengan nilai Rp 300 miliar. Ketiga proyek ini diduga sarat unsur korupsi. Namun untuk proyek STNK, Boy mengaku penyidik Polri belum menyidik kasus tersebut. Jika demikian, berebut kewenangan penanganan kasus dikhawatirkan dapat kembali terulang. Pasalnya, nilai korupsi PNKB lebih besar dari proyek pengadaan simulator SIM.

Polemik berebut kewenangan sebelumnya, atas kasus dugaan korupsi simulator SIM ditengahi oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 8 Oktober lalu. Presiden mengatakan kasus dugaan korupsi simulator SIM ditangani KPK. Namun, jika ditemukan kasus berbeda terkait penyimpangan pengadaan barang dan jasa akan ditangani oleh Polri. Kabarnya KPK juga telah mencium adanya kasus korupsi lain di Korlantas Polri.

Saat dikonfirmasi mengenai proyek PNKB tersebut, Juru Bicara KPK Johan Budi beberapa waktu lalu mengatakan, KPK belum menyentuh proyek lain di Korlantas Polri selain simulator SIM.

Berita terkait dapat diikuti dalam topik:
Korlantas Gugat KPK
Dugaan Korupsi Korlantas Polri
Polisi vs KPK

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Akui Di-bully karena Izin Tambang, PBNU: Enggak Apa-apa, 'Jer Basuki Mawa Beyo'

    Akui Di-bully karena Izin Tambang, PBNU: Enggak Apa-apa, "Jer Basuki Mawa Beyo"

    Nasional
    KPU Minta Pemda Fasilitasi Pemilih yang Baru Berusia 17 Tahun pada Pilkada 2024

    KPU Minta Pemda Fasilitasi Pemilih yang Baru Berusia 17 Tahun pada Pilkada 2024

    Nasional
    PKS Usung Anies-Sohibul untuk Pilkada Jakarta, Wasekjen PKB: Blunder...

    PKS Usung Anies-Sohibul untuk Pilkada Jakarta, Wasekjen PKB: Blunder...

    Nasional
    DPR Desak PPATK Bongkar Pihak Eksekutif-Yudikatif yang Main Judi 'Online'

    DPR Desak PPATK Bongkar Pihak Eksekutif-Yudikatif yang Main Judi "Online"

    Nasional
    Wapres Ma'ruf Amin Dorong Hilirisasi Rempah Nasional

    Wapres Ma'ruf Amin Dorong Hilirisasi Rempah Nasional

    Nasional
    Ketum KIM Segera Gelar Pertemuan Bahas Pilkada 2024

    Ketum KIM Segera Gelar Pertemuan Bahas Pilkada 2024

    Nasional
    Pusat Data Nasional Diretas, Pemerintah Dinilai Kurang Peduli Keamanan Siber

    Pusat Data Nasional Diretas, Pemerintah Dinilai Kurang Peduli Keamanan Siber

    Nasional
    Soal Isu Jadi Menlu Prabowo, Meutya Hafid: Hak Prerogatif Presiden Terpilih

    Soal Isu Jadi Menlu Prabowo, Meutya Hafid: Hak Prerogatif Presiden Terpilih

    Nasional
    Benarkan Data Bais Diretas, Kapuspen: Server Dinonaktifkan untuk Penyelidikan

    Benarkan Data Bais Diretas, Kapuspen: Server Dinonaktifkan untuk Penyelidikan

    Nasional
    1.000 Anggota Legislatif Main Judi Online, PPATK: Agregat Deposit Sampai Rp 25 Miliar

    1.000 Anggota Legislatif Main Judi Online, PPATK: Agregat Deposit Sampai Rp 25 Miliar

    Nasional
    Kembali Satu Kubu di Pilkada Jakarta 2024, PKS dan Anies Dianggap Saling Ketergantungan

    Kembali Satu Kubu di Pilkada Jakarta 2024, PKS dan Anies Dianggap Saling Ketergantungan

    Nasional
    PDI-P Gabung, Koalisi Anies Disebut Bisa Unggul pada Pilkada Jakarta

    PDI-P Gabung, Koalisi Anies Disebut Bisa Unggul pada Pilkada Jakarta

    Nasional
    Personel Polri Ikuti Konferensi FBI Asia Pasifik di Vietnam, Bahas Penggunaan Kripto untuk Kejahatan

    Personel Polri Ikuti Konferensi FBI Asia Pasifik di Vietnam, Bahas Penggunaan Kripto untuk Kejahatan

    Nasional
    Grace Natalie Sebut Kebijakan Fiskal Jokowi Akan Berlanjut di Pemerintahan Prabowo

    Grace Natalie Sebut Kebijakan Fiskal Jokowi Akan Berlanjut di Pemerintahan Prabowo

    Nasional
    Jokowi Ungkap Alasan Pemerintah Pusat Selalu Cawe-cawe Untuk Perbaikan Jalan Daerah

    Jokowi Ungkap Alasan Pemerintah Pusat Selalu Cawe-cawe Untuk Perbaikan Jalan Daerah

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com