JAKARTA, KOMPAS.com - Hasil jajak pendapat berbagai lembaga survei mengenai tingkat dukungan terhadap partai politik dinilai bisa berubah jauh dengan hasil pemilu 2014 nantinya. Pasalnya, saat ini belum diketahui siapa saja calon legislatif (caleg) yang maju di setiap parpol.
Ketua DPP Partai Amanat Nasional Tjatur Sapto Edi mengatakan, sistem pemilu proporsional terbuka membuat masyarakat melihat caleg, bukan parpol. Dengan demikian, perolehan suara parpol nanti sangat tergantung dengan caleg yang diusung.
"Kalau partainya populer, tetapi ternyata caleg-nya tidak bisa diterima dan disukai masyarakat, bisa jadi tidak akan dipilih," kata Tjatur di Gedung Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (15/10/2012).
Hal itu dikatakan Tjatur ketika dimintai tanggapan hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI). Menurut LSI, parpol yang berideologi agama Islam semakin tidak populer. Parpol Islam disebut terancam tidak masuk lima besar di Pemilu 2014 .
Hasil survei LSI, parpol yang masuk lima besar semuanya berbasis nasionalis, yakni Partai Golkar, PDI Perjuangan, Partai Demokrat, Partai Gerindra, dan Partai NasDem.
Tjatur juga menolak jika figur capres yang akan diusung parpol berideologi Islam elektabilitasnya masih dibawah figur yang diusung parpol nasionalis. Parpol yang disebut berideologi Islam belum mendeklarasikan capresnya sehingga belum bisa diukur tingkat elektabilitasnya.
Dikatakan Tjatur, berdasarkan survei internal, masyarakat sangat menyukai Ketua Umum PAN Hatta Rajasa. "Memang tingkat keterkenalannya belum terlalu bagus karena memang beliau baru muncul sebagai figur capres. Tetapi tingkat disukai masyarakatnya sangat tinggi. Jadi PAN tidak terlalu khawatir kedepannya," pungkas Wakil Ketua Komisi III DPR itu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.