Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Petugas Haji Jamin Koper Jemaah Tidak Hilang

Kompas.com - 14/10/2012, 21:24 WIB
Agus Mulyadi

Penulis

JEDDAH, KOMPAS.com  - Petugas pelayanan umum Indonesia di Bandara King Abdul Azis, Jeddah, menjamin koper jemaah tidak hilang, karena dijejak dalam tiga cara.

"Alhamdulillah, belum ada yang komplain hingga saat ini," kata Aldi Ahmad al Manfaluthy (26), tenaga musiman di bagian layanan koper di Bandara Jeddah, Minggu (14/10/2012) ini.

Perjalanan koper jemaah dimulai ketika mereka usai melewati meja imigrasi di bandara. Jemaah diarahkan mengambil koper yang sudah diambil dari roda berjalan, lalu disusun oleh petugas.

Penyusunan koper didalam gedung bandara itu untuk mempermudah jemaah memilih koper, meskipun kenyataannya tidak mudah karena warna koper semua sama yakni oranye untuk jamaah gelombang pertama dan cokelat untuk gelombang kedua.

Gelombang pertama adalah jemaah yang setelah mendarat diarahkan ke Madinah, sedangkan gelombang kedua langsung ke Mekkah.

Sejumlah jemaah yang kreatif memberi tanda tambahan, seperti nama atau pita pada kopernya. Setelah menemukan koper, lalu dibawa ke alat pemindai, kemudian keluar dari gedung bandara.

Di halaman bandara, koper diambil oleh petugas layanan haji Indonesia untuk dinaikkan ke gerobak pengangkut koper yang dioperasikan oleh porter bandara. Di sini koper tercampur kembali.

Di halaman bandara, koper diturunkan dan disusun ulang oleh Aldi dan teman-teman, sementara jamaah beristirahat di halaman bandara, ke kamar kecil, shalat, dan bagi jemaah gelombang kedua bersiap diri menggunakan ihram dan shalat sunat.

Peran Aldi dan petugas lain di bagian ini sangat menentukan. Mahasiswa di Universitas Al Fatah, Damaskus, Suriah, itu menjelaskan bahwa ketiga cara menjejak koper agar tersebut agar sampai kepada pemiliknya di Madinah atau Mekkah.

Pertama, disusun berdasarkan nomor rombongan. Di koper jemaah biasanya tertempel nama dan nomor rombongan.

Jika tidak ada maka disusun berdasarkan pita. Biasanya satu rombongan memberi tanda tambahan berupa pita. Jika tidak juga maka disusun berdasarkan urutan kursi. "Yang susah jika ketiganya tidak ada," kata mahasiswa asal Indralaya, Sumatera Selatan itu.

Aldi dan teman- temannya terpaksa mencarinya di daftar penumpang dan dokumentasi lainnya, lalu menjejaknya pelan-pelan.

"Dampaknya, waktu yang semula cukup 15 menit menjadi satu jam," kata calon sarjana yang akan lulus tahun ini tersebut.

Ketika ditanya, bahwa ada sejumlah jemaah kerepotan karena koper tidak diterima di pemondokannya, Aldi mengatakan, kemungkinan itu terjadi karena bus tidak berhenti di tempatnya, karena setiap koper diangkut bersama pemiliknya di bus yang sama.

"Hingga kini kami belum menerima keluhan koper hilang, karena koper diangkut dengan bus yang sama. Jika koper salah turun maka penumpangnya juga," kata Aldi.

Ketika ditanya koper jemaah mana yang acap kali penuh dan berat, Aldi mengatakan umumnya koper dari Solo dan Surabaya. Dia menduga koper itu berisi beras, makanan, sambal, hingga ulekan.

"Jemaah mungkin menduga, di Madinah atau Makkah tidak tersedia kebutuhan pokok, meski kenyataannya semua kebutuhan lengkap disini," kata alumnus Pesantren Raudatul Ulum, Indralaya, Sumsel itu.


Sumber: Antara

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com