Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengungkapan Kasus Lama yang Mengusik Ketenangan

Kompas.com - 11/10/2012, 02:51 WIB

Kasus penembakan terhadap tersangka pencurian sarang burung walet yang dituduhkan kepada Novel Baswedan mengusik ketenangan keluarga korban penembakan di Bengkulu. Tak disangka-sangka, peristiwa malam hari di pantai di Kota Bengkulu delapan tahun lalu itu kini bergema hebat di Jakarta.

Komisaris Novel Baswedan yang pada 2004 menjabat sebagai Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Kota Bengkulu berpangkat inspektur satu dituduh menembak sejumlah tersangka pencuri sarang burung walet, satu di antaranya kemudian meninggal. Dua dari enam tersangka yang ditangkap kala itu kini membuka kembali kasus tersebut.

Kejadiannya menjadi heboh setelah sejumlah perwira dari Kepolisian Daerah Bengkulu mendatangi kantor Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk menangkap Novel yang kini menjadi penyidik di KPK, minggu lalu.

Terlepas dari polemik di antara dua lembaga, KPK dan Polri, keluarga korban penembakan sebenarnya tidak ingin kasus ini mengusik ketenangan mereka. Bahkan, mereka juga tidak mau kasus yang melibatkan anggota keluarga mereka ditunggangi kepentingan tertentu.

Densi Efrianti (29), istri Dedi Nuryadi, salah seorang korban penembakan, mengatakan, pihak keluarga tak pernah mengadu atau protes kepada polisi karena telah menembak suaminya. Dedi juga selama ini tidak pernah bercerita apa pun terkait penembakan oleh polisi atau pelaporan Novel kepada dirinya.

Ayah Dedi, Halimudin, menyatakan, walaupun sebenarnya Dedi hanyalah korban salah tangkap dalam kasus pencurian sarang burung walet, ia tak protes kepada polisi. Keluarga tidak juga melaporkan Novel atas penembakan yang dialami Dedi.

Ibu Dedi, Sumiati, menambahkan, keluarga ingin kasus ini cepat selesai sehingga mereka dapat hidup tenang kembali seperti sedia kala. Sebelumnya, mereka sudah lupa penangkapan dan penembakan terhadap Dedi.

Sumiati khawatir sesuatu yang buruk terjadi kepada Dedi karena disebut-sebut sebagai salah seorang yang melaporkan Novel. ”Kerja anak saya, kan, buruh bangunan. Dia sedang mengerjakan ruko. Takutnya kasus ini menjadi beban pikiran dia. Biarlah dia tenang bekerja menafkahi istri dan lima anaknya,” ujarnya.

Sementara itu, Novi Etlis (26), adik Mulyan Johani, salah seorang korban penembakan yang meninggal, mengatakan, setelah penembakan itu keluarga tidak menuntut polisi karena saat itu Novel berjanji kepada keluarga akan mengusut tuntas pelaku penembakan. Bahkan, jika perlu memecat polisi yang menembak Mulyan.

”Ibu saya terkejut melihat anaknya sudah meninggal. Waktu itu, ketika diantar ke rumah, jenazah kakak sudah dikafani dan keluarga hanya boleh melihat wajahnya. Wajahnya terlihat biru-biru seperti bekas dipukul. Polisi mengawal sampai ke pemakaman,” katanya.

Kakak Mulyan, Antony Besmar, menuturkan, sekalipun kasus penembakan adiknya tersebut dituntaskan, dia tak ingin hal itu ditunggangi oleh kepentingan tertentu. Apalagi dengan menyampaikan informasi yang simpang siur kepada publik.

Keluarga, menurut Sumiati, hanya ingin kembali hidup tenang. Biarlah peristiwa delapan tahun lalu tersebut menjadi masa lalu yang memberikan pelajaran bagi keluarganya. (Adhitya Ramadhan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com