Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KPK Timor Leste Tidak Ambil Penyidik dari Kepolisian

Kompas.com - 10/10/2012, 16:14 WIB
Icha Rastika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Berbeda dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Commission Anti Coruptio (CAC), lembaga antikorupsi di Timor Leste, tidak memakai tenaga penyidik dari kepolisian. Komisioner CAC Jose Antonio mengatakan, tenaga penyidik mereka adalah warga sipil dari berbagai latar belakang pendidikan, seperti praktisi hukum, akuntan, wartawan, atau mantan polisi.

"Kita tidak merekrut penyidik dari orang-orang polisi, tapi orang biasa dari berbagai latar belakang pendidikan. Ada juga yang mantan polisi," kata Antonio dalam jumpa pers di Gedung KPK, Kuningan, Jakarta, Rabu (10/10/2012).

Antonio didampingi Wakil Ketua KPK, Zulkarnain. Dia mendatangi Gedung KPK dalam rangka menjalin kerja sama dengan KPK RI. Antonio menambahkan, CAC memiliki kemampuan untuk merekrut penyidiknya sendiri. Kerja sama CAC dengan kepolisian Timor Leste, katanya, dilakukan hanya sebatas bantuan keamanan dalam operasi tertentu.

"Bukan merekrut polisi sebagai penyidik," tambahnya.

Antonio juga merasa prihatin dengan kondisi KPK Indonesia seperti yang dikabarkan media-media belakangan ini. "Kita juga mengikuti keadaan KPK lewat televisi dan menjadi keprihatinan juga dan jadi kesempatan kita untuk saling membantu. Kita belajar dari Indonesia," katanya.

Seperti diketahui, sebelum ada pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, situasi yang dihadapi KPK sempat bertambah sulit. Sejak KPK mengintensifkan penanganan kasus dugaan korupsi pengadaan alat simulasi mengemudi di Korps Lalu Lintas (Korlantas) Polri, hubungan KPK dan Polri menjadi tidak nyaman.

Begitu KPK menangani kasus Korlantas, Polri pun mengusut kasus yang sama, bahkan tersangkanya pun sama, kecuali mantan Kepala Korlantas Irjen Djoko Susilo yang hanya dijadikan tersangka oleh KPK. Belum selesai masalah itu, kepolisian menarik 20 penyidiknya dari KPK. Sebanyak 20 penyidik Polri tersebut tidak diperpanjang masa tugasnya di KPK.

Atas polemik mengenai penyidik ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan menerbitkan peraturan pemerintah baru yang mengatur masa tugas penyidik kepolisian di KPK adalah empat tahun dan dapat diperpanjang atas persetujuan Kapolri. Presiden juga meminta agar kepolisian tidak menarik penyidiknya tanpa persetujuan KPK.

Mengenai penyidik dari kepolisian ini, Zulkarnain mengatakan, KPK akan mengevaluasi dan menelaah sistem perekrutan penyidik seperti apa yang cocok untuk Indonesia. "Grand design sumber daya manusia juga menjadi PR kita ke depannya. Belum bisa kita berikan pemikiran apa yang bisa dipelajari," ujar Zulkarnain.

Baca juga topik pilihan KOMPAS.com:

1. "Polisi vs KPK"

2. "KPK Krisis Penyidik"

3. "Revisi UU KPK"

4. "Dugaan Korupsi Korlantas Polri"

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya 'Clean and Clear'

    Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya "Clean and Clear"

    Nasional
    Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

    Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

    Nasional
    Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada 'Presidential Club'

    Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada "Presidential Club"

    Nasional
    Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

    Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

    Nasional
    “Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

    “Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

    Nasional
    Soal Orang 'Toxic' Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

    Soal Orang "Toxic" Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

    Nasional
    Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

    Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

    Nasional
    Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

    Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

    Nasional
    Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

    Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

    Nasional
    Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

    Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

    Nasional
    Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

    Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

    Nasional
    Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

    Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

    Nasional
    Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

    Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

    Nasional
    Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

    Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com