JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dinilai hanya ingin menyelamatkan citra dirinya di mata internasional dengan menyalahkan kinerja aparat intelijen terkait peristiwa di Sampang, Madura. Pasalnya, dunia internasional terus mempersoalkan berbagai peristiwa intoleransi di Indonesia.
"Cara ini adalah lalim karena semata demi diri yang tidak mau kehilangan muka. Peristiwa di Sampang semakin mengikis citra SBY di internasional," kata Ketua SETARA Institute Hendardi melalui pesan singkat, Selasa (28/8/2012).
Sebelumnya, Presiden menilai, kasus di Sampang bisa terjadi karena intelijen lokal, meliputi intelijen kepolisian dan teritorial TNI, belum bekerja optimal. "Kalau intelijen bekerja benar dan baik, akan lebih bisa diantisipasi, dideteksi keganjilan yang ada di wilayah itu," kata Presiden.
Presiden mengatakan, konflik di Sampang pernah terjadi sehingga jajaran pemerintah daerah pun seharusnya dapat melakukan antisipasi dengan lebih baik dan respons yang dilakukan bersifat tidak mendadak serta terlambat.
Anggota Komisi I DPR Tjahjo Kumolo menilai kritikan Presiden terhadap intelijen menunjukkan ada masalah serius dalam pemerintahan yang bisa membahayakan negara. Pasalnya, kata dia, kunci keberhasilan pengambilan keputusan politik untuk pembangunan ada pada hasil telaah strategis dari intelijen.
"Pernyataan Presiden jangan hanya direnungkan dan berbondong-bondong pejabat pusat turun ke daerah konflik. Namun harus ada reformasi birokrasi total. Kalau tidak sangat membahayakan keselamatan negara dan rakyat," kata Sekjen PDI Perjuangan itu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.