Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kaum Muda Bicara Kepemimpinan Daerah

Kompas.com - 14/08/2012, 05:19 WIB

Jumlah pemilih muda dalam pemilihan umum kepala daerah tak bisa diremehkan. Meski banyak kaum muda yang apatis, sebagian dari mereka tetap menginginkan perubahan. Lalu, bagaimana jika kaum muda berdiskusi tentang kepemimpinan daerah?

ada Kamis (9/8), di lantai 6 Gedung Kompas Gramedia Surabaya, ada suasana ”panas”. Lebih dari 30 mahasiswa berdiskusi mengenai kepemimpinan dan keadaan sosial ekonomi politik Jawa Timur demi menemukan sosok pemimpin muda baru.

Apakah diskusi ini berujung pada kebuntuan atau sebaliknya, menemukan titik baru, bahkan sosok baru yang layak menduduki kursi Jatim satu?

Para peserta datang dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) beberapa universitas. Setiap peserta dengan jas almamaternya tampak bersemangat mengikuti diskusi terbatas yang bertemakan ”Anak Muda Berbicara Kepemimpinan Jawa Timur ke Depan”.

Diskusi menghadirkan pembicara Reni Tanumulia, pengusaha muda, dan Joko Susanto, dosen Departemen Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga, yang menjadi penggagas ”Kuliah Tjokroaminoto untuk Kebangsaan”.

Acara yang diselenggarakan harian Kompas itu merupakan forum untuk menggali suara mahasiswa menjelang Pilkada Jatim Agustus 2013. Diskusi dibuka wartawan Kompas Dody Wisnu Pribadi.

”Ini bukan forum pembicara atau Kompas saja. Forum ini merupakan forum bersama, forum milik mahasiswa. Justru mahasiswa yang seharusnya berbicara banyak mengenai tema kita kali ini,” katanya.

Gagasan segar

Kepemimpinan daerah membutuhkan orang muda yang bisa melakukan perubahan di segala bidang. Hal itu pun berlaku di Jatim yang akan menggelar Pilkada 2013.

Reni berpendapat, perlu ada regenerasi kepemimpinan. ”Negeri ini membutuhkan orang yang tidak hanya muda secara umur, tetapi juga berjiwa muda dengan gasasan yang segar. Ini menjadi angin baru yang dapat melakukan tindakan nyata dan realisasi program yang berkesinambungan,” katanya.

Krisis kepemimpinan karena kurangnya, bahkan tak adanya pendidikan politik yang baik, jelas memengaruhi karakter calon pemimpin ke depan. Tak heran jika pada akhirnya muncul nama-nama lama menjelang Pilkada Jatim. Nama pemain lama adalah Soekarwo, Saifullah Yusuf, dan Khofifah Indar Parawansa.

Permasalahan yang datang kemudian adalah jika tak ada nama-nama tersebut yang muncul dalam pemilu daerah, lantas siapa yang dapat memimpin Jatim? Adakah calon pemimpin yang secara efektif mampu menyelesaikan permasalahan secara adil?

Jika dikaitkan dengan kepemimpinan dan orang muda, di Indonesia, terutama di Jatim, belum ada sosok baru. Menurut Joko Susanto, muda tidak hanya dilihat dan dimengerti dari segi umur, tetapi juga gagasannya.

Calon pemimpin tersebut tidak hanya sanggup menyelesaikan masalah secara efektif, tetapi juga memiliki brand image calon itu sendiri.

Jika Jakarta punya Jokowi sebagai calon gubernur, Jatim juga punya seseorang yang mirip Jokowi. Contohnya, Masfuk, mantan Bupati Lamongan, yang dianggap menyelesaikan masalah secara efektif. Ada pula Fitrah, mantan calon wali kota Surabaya pada Pilkada 2009 yang memiliki idealisme, dan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.

Namun, mereka belum memiliki brand image yang khas. Mereka belum memiliki gagasan yang revolusioner.

Krisis

Salah satu pengurus BEM UPN Veteran Surabaya, Saddam Hussein, mengatakan, krisis kepemimpinan ini disebabkan tak adanya pendidikan politik oleh partai politik, organisasi, LSM, termasuk lembaga pendidikan.

”Kewirausahaan yang ditanamkan kepada mahasiswa oleh pimpinan universitas telah menjadi wabah. Itu tak masalah jika dalam batas wajar. Namun, program kewirausahaan yang digembar-gemborkan universitas telah melewati batas. Program kewirausahaan menjauhkan mahasiswa dari nilai kebangsaan,” katanya.

Dalam forum diskusi, hampir semua peserta sepakat, selama Soekarwo dan Saifullah Yusuf masih mencalonkan diri sebagai gubernur Jatim, akan sulit untuk pihak lain memenangi kursi Jatim satu.

Kemampuan komunikasi politik Soekarwo luar biasa. Butuh lebih dari sekadar Jokowi untuk memenangi Pilkada Jatim 2013. Alhasil, diskusi berujung pada kesimpulan, belum ada satu nama dari sekian banyak nama yang disebutkan dalam forum yang memiliki karakteristik seperti itu.

Masyarakat Jatim sepertinya harus bersabar atas munculnya sosok muda yang memiliki determinasi dan keberanian yang kuat dalam memimpin. Namun, ini tak berarti orang muda atau masyarakat kita antipolitik.

Sebenarnya masyarakat sedang galau. Mereka merindukan pemimpin muda. ”Pe-er kita selanjutnya adalah bagaimana mentransfer kegalauan privat mengenai permasalahan politik ini menjadi kegalauan publik, lalu bersama-sama kita menemukan solusi dari permasalahan tersebut,” ujar Joko Susanto.

Mayarani N Islami Mahasiswa Jurusan Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Airlangga, Surabaya: Volunter Kompas Surabaya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com