JAKARTA, KOMPAS.com - Pemilukada DKI Jakarta tahun 2012 jelang putaran kedua diwarnai berbagai isu sensitif terkait Suku, Agama, Ras dan Antargolongan (SARA). Beberapa pihak melontarkan pernyataan kontroversial. Terlebih, kebanyakan pernyataan itu dilontarkan oleh pemuka agama.
Pengamat politik dari Lingkar Madani untuk Indonesia (LIMA) Ray Rangkuti mengatakan, masyarakat DKI umumnya tak akan terpengaruh oleh isu yang dilontarkan oleh pihak-pihak yang bertanggung jawab terkait SARA. Malahan, masyarakat bisa menaruh simpati kepada obyek isu tersebut.
"Kecil efeknya. Buktinya masyarakat marah menanggapi isu SARA. Yang dijadikan obyek SARA itu malah bisa mendapat simpati publik," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Kamis (9/8/2012).
Meski dianggap kecil pengaruhnya, masyarakat kelas menengah ke bawah sempat dikhawatirkan menjadi kelas di masyarakat Ibukota yang paling dikhawatirkan terpengaruh isu meresahkan tersebut. Namun, jika dilihat dari reaksinya saat ini, kondisi masyarakat masih terkendali. Sementara bagi masyarakat kelas menengah ke atas, isu tersebut dirasa tak berpengaruh.
"Tapi bagi kalangan menengah ke atas, bukan narik simpati malah marah atas isu SARA itu," cetusnya.
Untuk itu, ia berharap seluruh masyarakat bisa memilah-milah sendiri mana informasi yang berguna, mana yang tidak. Sebab isu SARA dianggap tidak menyentuh akar permasalahan Pilkada DKI dan dapat berimbas negatif terhadap demokrasi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.