Jakarta, Kompas
Penumpukan sampah itu terjadi sejak awal Juli hingga saat ini. Semestinya, sampah di seluruh pasar di Jakut diangkut dua hari sekali. Namun, sejak awal Juli, pengangkutan sampah pernah terjadi setelah 10 hari. Sekarang ini sampah di pasar diangkut empat hari sekali.
Di Pasar Koja, contohnya, setelah empat hari sampah dibiarkan menggunung, baru diangkut oleh petugas Dinas Kebersihan DKI Jakarta pada Jumat (3/8). Tumpukan sampah di pasar itu sempat meluber ke jalan.
”Tumpukan sampah ini sangat mengganggu. Apalagi sekarang ini bulan puasa, sehingga sampah makanan dan sayuran lebih banyak dibandingkan dengan biasanya,” kata Rahmat (35), petugas kebersihan Pasar Koja.
Tumpukan sampah itu tak hanya menyebabkan bau dan kotor, tetapi juga menimbulkan biaya baru bagi pihak pengelola pasar. Pengelola Pasar Lontar di Koja, Jakut harus mengeluarkan biaya sampai Rp 6,9 juta untuk mengangkut sampah.
Menurut Manajer Area II Utara PD Pasar Jaya Farouk Saleh, penumpukan sampah di sejumlah pasar di Jakut memang sudah sangat mengganggu warga ataupun pedagang. Masalah itu telah disampaikan kepada Dinas Kebersihan DKI, tetapi tak juga mendapatkan tanggapan.
Saat dikonfirmasi, Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta Eko Bharuna Subroto mengakui memang terjadi keterlambatan pengangkutan sampah pada awal Juli kemarin. Hal itu dikarenakan ada pembaruan kontrak kerja antara Dinas Kebersihan DKI dengan perusahaan kebersihan yang akan mengangkut sampah dari pasar. ”Ada waktu tenggang, kekosongan, yang menyebabkan pengangkutan sampah ini tak tertangani,” katanya.