Sekitar 550 tahun lalu, Sunan Kudus, salah seorang Wali Songo, berdiri di depan serambi Masjid Menara Kudus di Jawa Tengah. Warga Al Quds atau Kudus pun menanti dengan penuh harap.
Sunan Kudus, yang ahli perbintangan, mengambil penabuh beduk. Saat Matahari mulai terbenam, ia menabuh beduk bertalu-talu sebagai tanda dimulainya bulan suci puasa. Kisah itu lalu dikenal sebagai tradisi
Peristiwa yang pertama kali dilakukan Sunan Kudus itu kini masih berlanjut. Warga Kudus setiap bulan Ramadhan selalu melakukan tradisi
Semula Al Quds adalah Desa Tajug. Warganya penganut animisme dan agama Hindu. Kehadiran Sunan Kudus membuat banyak warga Tajug menjadi Muslim. Namun, warga yang mempertahankan keyakinannya tetap dirangkul Sunan Kudus. Mereka hidup berdampingan.
Bahkan, untuk menghargai pemeluk agama Hindu, Sunan Kudus melarang warga menyembelih sapi, yang menjadi binatang suci dalam agama Hindu. Ia juga tidak meruntuhkan candi Hindu di desa itu. Candi itu justru dijadikan sebagai menara masjid yang kini dikenal sebagai Menara Kudus.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kudus Hadi Sucipto mengatakan, pemerintah berkomitmen melestarikan
Dalam prosesi tradisi
Penulis buku
Namun, ia mengakui, tradisi itu terbuka bagi siapa pun, tanpa memandang etnis atau agamanya.