Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Kedelai Melejit, Perajin Tahu Tempe Resah

Kompas.com - 24/07/2012, 15:44 WIB
Kontributor Semarang, Puji Utami

Penulis

SEMARANG, KOMPAS.com - Kenaikan harga kedelai yang tergolong tinggi sejak beberapa waktu lalu membuat perajin tahu dan tempe di Semarang resah. Mereka takut jika harga kedelai tidak terkendali, banyak perajin akan gulung tikar. Meski begitu belum ada perajin yang mengaku akan melakukan mogok produksi seperti yang terjadi di Jakarta.

Perajin tempe di Jalan Batan Miroto Semarang, Sarmin mengaku harga kali ini merupakan yang tertinggi sejak ia menjadi perajin tempe. Setiap harinya ia membutuhkan 25 kilogram kedelai untuk membuat tempe. "Dulu harga kedelai tertinggi Rp 7.000 per kilogram, sedangkan sekarang sudah di atas Rp 8.000 per kilogram," ungkapnya, Selasa (24/7/2012).

Jika harga kedelai tidak terkendali, ia mengaku khawatir banyak perajin tempe sepertinya yang berhenti akibat biaya produksi yang tinggi. Ia mengaku sudah menaikkan harga jual, namun justru mendapat protes dari pembeli.

Hal serupa dialami Rudi, salah satu perajin tahu di Kelurahan Jomblang Semarang. Ia mengatakan sudah menaikkan harga tahu sebesar Rp 20.000 hingga Rp 25.000 setiap tongnya, dari sebelumnya seharga Rp105.000-Rp110.000. "Satu tong biasanya berisi 600 sampai 1.000 tahu, kenaikan ini jelas memberatkan kami, karena biaya produksi menjadi sangat tinggi," ujarnya yang setiap hari menghabiskan enam kuintal kedelai untuk memproduksi tahu.

Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah Ihwan Sudrajat mengatakan, kenaikan harga kedelai disebabkan stok kedelai tidak mampu memenuhi kebutuhan masyarakat tiap tahun. Untuk menekan harga, Pemprov Jateng ungkapnya akan mengajukan bantuan subsidi kepada pemerintah pusat. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com