JAKARTA, KOMPAS.com — Hasil Pilkada DKI Jakarta pada 11 Juli lalu terbilang cukup mengejutkan. Meski belum dirilis resmi oleh Komisi Pemilihan Umum Provinsi DKI Jakarta (KPU Provinsi DKI Jakarta), berbagai lembaga survei serentak menampilkan hasil bahwa pasangan Jokowi-Ahok unggul daripada pasangan Foke-Nara yang dijagokan menang.
Toto Sugiarto, Direktur Eksekutif Soegeng Sarjadi Syndicate, mengatakan, kemenangan Jokowi-Ahok pada 11 Juli lalu cukup menohok bagi berbagai lembaga survei yang memprediksikan kemenangan petahanan Fauzi Bowo.
"Tentu saja hasil Pilkada DKI lalu menjungkirbalikkan semua hasil survei karena banyak survei memotret Foke-Nara menjadi pemenang," ujar Toto dalam diskusi Pilkada DKI: Perilaku Pemilih Rasional, Pemilih Yang Berdaulat, di TIM, Jakarta, Minggu (15/7/2012).
Hasil Pilkada DKI Jakarta lalu membuktikan bahwa hasil survei ternyata tidak memengaruhi suara warga Jakarta. Meski ada teori yang mengatakan bawa jajak pendapat dapat menjadi pembentuk suara rakyat, hal tersebut tidak terbukti di Jakarta.
"Hasil survei yang dikatakan dapat menggiring pemilih ternyata tidak terbukti. Tidak terlihat bandwagon effect bagi pemilih DKI," kata Toto.
Memang sebelum hari pemungutan suara Pilkada DKI Jakarta berlangsung, banyak lembaga survei, seperti Lingkaran Survei Indonesia, Indobarometer, dan Puskaptis, merilis bahwa pasangan Foke-Nara mampu memenangkan kursi DKI 1 dan DKI 2.
Bahkan, Lingkaran Survei Indonesia sempat merilis hasil survei yang menggambarkan bahwa pasangan Foke-Nara akan menang hanya dalam satu putaran. "Sebenarnya agak tidak masuk akal. Calonnya saja ada enam pasang. Hampir mustahil bisa meraih suara lebih dari 50 persen. Dan, ini terbukti," tandasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.