Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kala Kaum Urban Merias Hutan Babakan Siliwangi

Kompas.com - 11/07/2012, 03:24 WIB

Hutan Babakan Siliwangi di daerah Tamansari, Kota Bandung, Jawa Barat, sejenak menanggalkan kesuramannya. Sejak petang hingga malam pada Kamis (5/7) sampai Sabtu (7/7), hutan kota ini bersolek dengan kilatan lampu dan alunan musik. Inilah upaya anak muda perkotaan menuntut ketersediaan ruang terbuka yang ramah.

Acara itu bertajuk Lightchestra yang digagas Bandung Creative City Forum (BCCF). Mereka memasang lampu dan menembakkan sinar laser ke arah pepohonan yang ada di situ. Batang-batang kayu dan dedaunan jadi berwarna-warni, merah, hijau, biru, dan kuning.

Jalan setapak yang menghubungkan antara pintu masuk dan panggung musik juga dihias. Lampu penerang dipasang di tanah sehingga pengunjung bisa menghindari akar pohon atau besi pengait. Jalur utama jalan setapak itu ditandai dengan rangkaian lampu kecil berwarna biru yang merambat di tanah.

Banyak pengunjung yang berhenti sebentar di sekitar jalan setapak itu untuk berfoto. Mereka penasaran dengan gembar-gembor pertunjukan sinar laser yang berdengung beberapa hari sebelum acara ini berlangsung. Beberapa orang tidak menyadari kalau ada sinar laser bercahaya hijau di antara pepohonan itu. Mungkin karena intensitas cahayanya kalah kuat dibandingkan cahaya lampu.

Pertunjukan musik dilaksanakan di lapangan adu ketangkasan domba. Biasanya, sebulan sekali para pemilik domba jenis garut menguji kekuatan tanduk binatang peliharaannya di tempat ini. Di lapangan rumput itu, penonton duduk-duduk santai menikmati musik yang bersahutan dengan gemericiknya aliran Sungai Cikapundung.

Pergelaran musik

Musik yang ditampilkan umumnya bercorak folk akustik. Namun, ada juga membawakan rock n roll, dan disko. Duo Teman Sebangku adalah salah satu penampil yang memainkan musik folk. Mereka melagukan puisi Sapardi Djoko Damono berjudul ”Berjalan ke Barat di Waktu Pagi Hari”. Suasana menjadi syahdu dan hawa hutan kota seolah bertambah dingin saja.

Sebelumnya, Homogenic mengajak pengunjung untuk bergoyang lewat musik disko tempo cepat dari perangkat disc jockey dan synthesizer. Musik itu terasa lebih meriah dengan permainan pedang bercahaya lightsaber ala film Star Wars oleh komunitas Urban Jedi Bandung.

Seorang anggota Homogenic, Maradilla Syachridar, yang juga penulis cerita, membacakan narasi karangannya. ”Aku membuka mata hari ini. Pada kehidupanku yang dahulu aku terlahir sebagai penebang. Kini aku adalah pohon,” kata Maradilla lewat suara rekaman itu.

Tokoh ”aku”, yang dalam cerita berwujud sebagai pohon, menjadi saksi munculnya empat mata air di kawasan hutan Babakan Siliwangi. Saat ini hanya ada satu mata air saja yang masih aktif. ”Kelak aku jadi bagian dalam cerita kepada anak cucu, tentang mata air yang kering,” ucapnya yang terdengar gundah. Di bawah aliran Sungai Cikapundung yang coklat dan kotor akibat sedimentasi dan pembuangan limbah memperteguh kegundahan itu.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com