Jayapura, Kompas -
Menurut Panglima Komando Daerah Militer XVII Cenderawasih Mayor Jenderal Erwin Syafitri, penembakan itu diduga dilakukan kelompok Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang dipimpin Lambert Peukikir. Kelompok itu sebelumnya menghadang mobil yang ditumpangi Indarto pukul 09.15 saat melintas di Desa Sawytami, Kecamatan Wembi, Keerom. Indarto sedang mengontrol pasukannya seusai menggelar operasi pada Sabtu malam.
Kegiatan itu adalah bagian dari antisipasi TNI terhadap rencana kelompok bersenjata yang akan menuju Jayapura. Langkah itu membuat gerakan kelompok bersenjata itu terhenti dan mereka mundur ke arah Sawytami.
Menurut Erwin, kelompok itu mengambil tempat di bukit di sisi kiri dan kanan jalan. Saat melintas di wilayah itu, sekitar 500 meter dari Sawytami, dari arah ketinggian, mobil yang ditumpangi Indarto dan timnya dihujani tembakan. Tembakan itu mengenai kaca samping dan kanopi kendaraan tersebut. Pecahan kaca mengenai lengan sopir.
Indarto dan timnya melawan, sambil meninggalkan area penghadangan. Naas, Johanes yang melintasi jalanan itu dengan menaiki sepeda motor, dan berada sekitar 300 meter di belakang mobil yang ditumpangi Indarto, terkena tembakan. Peluru menembus kepala dan perutnya. Johanes tewas di lokasi kejadian.
”Kami sayangkan, warga yang tak tahu apa-apa ditembak,” kata Erwin. Penghadangan itu diperkirakan dilakukan oleh 30 orang dengan memakai berbagai senjata. Aparat TNI mengejar penghadang yang diperkirakan lari ke arah perbatasan Papua Niugini.
Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto di Jakarta mengecam penghadangan terhadap aparat TNI dan menewaskan warga sipil itu. ”Polri dan TNI harus mencari dan menangkap pelaku kejahatan itu agar publik mengetahui kelompok siapa yang berbuat dan harus bertanggung jawab,” kata Djoko dalam siaran persnya.
Sebaliknya, Ketua Dewan Adat Keerom Hubert Kwambre meragukan bahwa penembak Johanes adalah anggota OPM. ”Mereka pasti mengenalnya. Ia adalah kepala kampung. Apalagi saat itu Johanes juga tidak pakai helm,” katanya.
Hubert bersama beberapa tokoh di Keerom akan membentuk tim untuk menginvestigasi kasus itu. Namun, aktivis hak asasi manusia di Keerom, John Jonga, mengatakan, ”Tak tahu siapa yang menembak Johanes.” Johanes baru tiga bulan menjadi kepala kampung.