Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Beritanya Apakah Sampai ke Rakyat?

Kompas.com - 23/06/2012, 01:53 WIB

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono masih berada di Rio de Janeiro, Brasil, mengikuti Konferensi Tingkat Tinggi Rio+20. Dalam kegiatan diplomasi di KTT ini, Presiden SBY didampingi Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa, Menko Perekonomian Hatta Rajasa, Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan, Menko Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono, Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif Sutardjo, Menteri Lingkungan Hidup Balthasar Kambuaya, Juru Bicara Kepresidenan Julian Aldrin Pasha, Staf Khusus Presiden Bidang Hubungan Internasional Teuku Faizasyah, serta pejabat istana lainnya.

Hadir pula Ketua Dewan Pertimbangan Presiden Emil Salim dan Ketua Unit Kerja Presiden unduk Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan Kuntoro Mangkusubroto. Kedua tokoh ini berpengalaman banyak di bidang lingkungan hidup yang dibutuhkan oleh Presiden dalam KTT Rio+20 di Rio de Janeiro. Ada juga tokoh menarik yang ikut dalam perjalanan dari Jakarta, Meksiko, ke Ekuador, yakni Soegeng Sarjadi.

Selama dalam perjalanan, Soegeng Sarjadi memberikan banyak komentar. Ketika sampai di Los Cabos, Meksiko, Soegeng langsung mengatakan, ”Wah, kita juga punya pantai semacam ini yang bisa dikelola seperti di sini, yakni di Palabuhanratu.”

Ketika sampai di Rio de Janeiro, Soegeng lebih banyak mengecam. ”Sungai di sini kotor, tidak lebih dari sungai di Bekasi. Di sini kita juga hati-hati, lalu lintasnya semrawut dan banyak copet,” ujarnya.

Soegeng juga mengkritik panitia yang dinilainya kurang cakap. Ketika sampai di depan hotel penginapan resmi Presiden, tidak semua anggota rombongan diminta turun dengan membawa barang-barang bawaan. Barang-barang ditaruh saja di kendaraan. Hanya Soegeng yang membawa tas. ”Siapa yang tanggung jawab kalau tas kita hilang atau dibawa ke mana,” ujarnya.

Dalam kegiatan diplomasi di KTT G-20 Los Cabos dan di KTT Rio+20, Presiden SBY memang dipuji oleh banyak pihak. Cukup banyak pemimpin negara terpandang yang antre untuk berjumpa dengan SBY. Dia menekankan kepada anggota delegasinya untuk selalu bersikap sebagai ”jembatan” setiap ada pertikaian dalam diplomasi. SBY juga menekankan kepada para pembantunya agar jangan lupa mengucapkan ”terima kasih” kepada tuan rumah atau pihak-pihak yang bertemu dengan Indonesia. ”Jangan lupa tanamkan budaya terima kasih,” ujarnya.

Dalam seruan-seruannya di kedua KTT itu, Presiden juga meminta agar semua kegiatan KTT ini diwartakan kepada rakyat negara peserta KTT. Bagi SBY, rakyat punya hak untuk tahu apa yang dilakukan para pemimpinnya di kancah dunia.

Maka, SBY selalu melibatkan wartawan untuk ikut dalam setiap briefing delegasi. Namun, mengatur wartawan supaya mereka bisa mewartakan kegiatan SBY di luar negeri tidaklah mudah. Perlu kecerdasan dan rasa jurnalistik yang memadai. Birokrasi istana masih jauh dari hal ini. Faktor terbesar sulitnya kegiatan SBY sampai kepada rakyat dan dipuja rakyat sendiri adalah birokrasi istana.

Namun, bagaimanapun, SBY telah meletakkan dunia jurnalistik Indonesia di tempat yang cukup tinggi. (J Osdar)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com