Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024

Pengasuh dengan Tiga Bahasa

Kompas.com - 18/06/2012, 13:04 WIB
EditorPingkan

PENGASUH anak bisa bicara dengan 3 bahasa? Rasanya berlebihan! Tentu saja kalau untuk saat ini, tapi pada abad 19 di Indonesia (yang waktu itu masih bernama Hindia Belanda) itu adalah sebagian persyaratan untuk menjadi pengasuh anak. Mengapa hanya menjadi pengasuh anak persyaratannya begitu berat?

Jika Anda bayangkan pengasuh anak adalah pembantu atau baby sitter seperti saat ini, Anda salah besar! Karena tugas pengasuh anak pada saat itu bukan merawat dan mengurus keperluan harian si anak, tapi mendidik dan mengajar si anak dengan berbagai keahlian, seperti mengajar berbagai bahasa, bermain musik, atau mengajar aritmatika.

Jean Gelman Taylor dalam bukunya "Kehidupan Sosial di Batavia," menceritakan; untuk mendapatkan pengasuh anak yang sesuai dengan keinginan, biasanya mereka memasang iklan dibeberapa surat kabar yang beredar saat itu, salah satunya surat kabar Lokomotief yang memasang iklan seperti ini: "Dicari: pengasuh anak, umur antara 30 sampai 40 tahun, Kristen, untuk mengajar anak perempuan di Indonesia."

Atau "Dicari: pengasuh anak untuk 2 orang anak perempuan usia 9 dan 12 tahun, untuk mengajarkan bahasa Belanda, Prancis dan bermain musik." Namun ada juga iklan dari para pelamar (pengasuh anak), yang mengiklankan dirinya sendiri, seperti: "Seorang perempuan muda, telah mengecap pendidikan di Eropa sejak kecil, menawarkan diri untuk mengajarkan 4 bahasa Eropa dan musik untuk anak-anak."

Mengapa kemampuan bahasa sangat ditekankan? Karena ternyata ada ketidakmampuan anak-anak imigran Belanda atau anak-anak Belanda yang dilahirkan di Indonesia untuk berbahasa Belanda dengan fasih (karena kebanyakan dari mereka di asuh oleh budak atau pembantu). Bahasa Belanda yang mereka gunakan biasanya bercampur dengan bahasa Asia atau Portugis pasar.

Catatan dari pelancong Belanda bahkan mencemooh tentang logat lokal yang aneh dari beberapa transposisi konsonan oleh keturunan Belanda yang lahir di Indonesia. Padahal kemampuan bahasa yang baik menjadi sesuatu yang penting bagi anak perempuan untuk memperkuat statusnya sebagai keturunan Eropa, sedangkan bagi anak laki-laki berguna untuk mendapatkan kursi dalam pemerintahan. Untuk itu mereka membutuhkan pengasuh yang dapat mengajarkan bahasa Belanda dan beberapa bahasa Eropa lainnya (Masup Jakarta, 2009).

Aahh.. seandainya para pengasuh anak sekarang seperti itu, sepertinya kita tidak perlu menyekolahkan anak lagi.

(Lily Utami, pemerhati sejarah dan budaya)

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Video rekomendasi
Video lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+


27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke