Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suatu Sore di Hutan Mangrove Pilang...

Kompas.com - 14/06/2012, 04:58 WIB

Sekelompok burung bangau terlihat bercengkerama di ujung pantai. Mereka berjalan beriringan, beterbangan, dan mematuk ke sana kemari mencari makan. Ditemani desir sang bayu dan dipayungi sinar lembut mentari sore hari, suasana hutan mangrove Pilang Probolinggo, Jawa Timur, kala itu terasa damai.

utan mangrove tersebut berada di bibir pantai utara Jawa. Pantai dengan kontur tanah gembur tersebut sebagian kecil ditanami bibit mangrove yang mulai tumbuh. Selebihnya, kita bisa melihat pantai utara Jawa dengan lepas.

Beberapa ratus meter menjauhi pantai dan laut, tampak tanaman mangrove kering (tanpa daun) menjulang, menyisakan lenggak-lenggok batangnya nan menawan. Meski tidak hijau, warna coklat keabuan dari batang-batang rumpun mangrove menyiratkan keindahan tersendiri.

Di sela-sela rumpun mangrove terlihat seorang perempuan menunduk memunguti ranting-ranting kering yang berserakan di tanah.

Lebih ke pinggir, sosok lain pun terlihat mengisi sore dengan beraktivitas. Tangannya menggenggam sekepal rerumputan hijau di depannya. Dengan bantuan sabit, ia mencabut rerumputan tersebut dari akarnya.

”Ini untuk makanan sapi. Di sini cari rumput gampang karena banyak,” tutur Lawi (45), warga Kelurahan Pilang, Kecamatan Kademangan, Kota Probolinggo.

Lawi sangat akrab dengan hutan mangrove Pilang tersebut. Jika tidak mencari rumput, biasanya ia juga mencari kayu bakar untuk memasak. ”Kalau cari kayu bakar di sini bisa dapat banyak. Satu ikat besar bisa untuk masak beberapa hari,” ujarnya.

Selain pencari rumput dan kayu, di hutan mangrove Pilang juga ada pencari kerang atau orang yang sekadar menikmati pantai utara pada pagi dan sore hari.

Hutan mangrove memang menjadi salah satu perhatian Pemerintah Kota Probolinggo. Terdapat dua rumpun mangrove, yaitu sisi timur di daerah sekitar pelabuhan perikanan dan di sisi barat di daerah Pilang.

Saat ini Pemerintah Kota Probolinggo berusaha menata kawasan hutan mangrove sisi timur untuk dijadikan kawasan ekowisata. Selain untuk kepentingan ekonomi, penataan mangrove diharapkan mencegah rusaknya hutan tersebut karena tak terurus.

”Intinya kami ingin menjadikan Kota Probolinggo sebagai kota yang indah dan nyaman. Itu sebabnya upaya penghijauan, baik mangrove maupun tanaman lainnya, terus dilakukan,” ujar Budi Krisyanto, Kepala Badan Lingkungan Hidup Kota Probolinggo.

Gas rumah kaca

Upaya penghijauan dilakukan untuk menekan pertumbuhan emisi gas rumah kaca yang cukup tinggi di Kota Probolinggo. Dalam laporan profil emisi gas rumah kaca Kota Probolinggo pada Februari 2012, tercatat perhitungan emisi gas rumah kaca Kota Probolinggo dalam lingkup pemerintah mencapai 4.233,75 ton CO2e dan jumlah emisi gas rumah kaca dalam lingkup masyarakat mencapai 677.609 ton CO2e.

Dari jumlah tersebut, emisi terbesar dalam lingkup pemerintah berupa penggunaan energi listrik yang mencapai 79 persen dari total emisi gas rumah kaca. Sementara sektor penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar pada lingkup masyarakat Kota Probolinggo adalah sektor industri yang mencapai 63 persen.

Penggunaan energi listrik di tingkat pemerintahan Kota Probolinggo diperkirakan akan naik dari 2.732 ton CO2e pada tahun 2010 menjadi 10.819 ton CO2e pada tahun 2025. Perhitungan pertumbuhan emisi gas rumah kaca dari penggunaan listrik ini didasarkan pada asumsi pertumbuhan jumlah pegawai negeri sipil sebesar 29,6 persen per tahun.

”Adapun perhitungan emisi gas rumah kaca di lingkup masyarakat dari sektor industri diperkirakan akan naik dari 424.435 ton CO2e pada tahun 2010 menjadi 800.982 ton CO2e pada tahun 2025,” kata Budi. Ini karena pertumbuhan industri di Kota Probolinggo juga cukup tinggi.

Dinamika masyarakat seperti pertumbuhan penduduk dan ekonomi di Kota Probolinggo cukup tinggi dari waktu ke waktu. ”Ini menjadi salah satu faktor penyumbang tingginya pertumbuhan emisi gas rumah kaca di Kota Probolinggo,” tutur Budi.

Penduduk Kota Probolinggo mencapai 217.062 jiwa pada sensus tahun 2010. Adapun laju pertumbuhan penduduknya rata-rata sebesar 1,26 persen setahun. Pertumbuhan ekonomi Kota Probolinggo dari sektor industri 2,26 persen serta perdagangan, hotel, dan restoran pertumbuhannya mencapai 9,67 persen pada tahun 2010.

”Itu sebabnya butuh upaya-upaya nyata pengurangan emisi gas rumah kaca di Kota Probolinggo demi menjadi kota berkelanjutan dan tahan terhadap perubahan iklim,” ujar Budi.

Beberapa upaya yang saat ini dilakukan di Kota Probolinggo, menurut Budi, adalah menanam pohon sebanyak mungkin demi memperluas ruang terbuka hijau (RTH publik di Kota Probolinggo sebesar 14 persen dan RTH privat sebesar 23 persen), merencanakan munculnya peraturan wali kota mengenai pengetatan emisi dan peremajaan angkutan kota, serta pengolahan sampah untuk ditangkap gas metananya.

”Salah satu tanaman yang terus dikembangkan adalah mangrove. Selain untuk menjaga kualitas lingkungan hidup, juga untuk mencegah abrasi air laut di pantai utara Kota Probolinggo,” ujar Kepala Dinas Pertanian Kota Probolinggo Yudha Sunantya. Saat ini ada setidaknya 125,5 hektar tanaman mangrove sepanjang 11 kilometer garis pantai Kota Probolinggo. (Dahlia Irawati)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com