Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyelamatan Koleksi Sinematek Mendesak

Kompas.com - 09/05/2012, 07:20 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com -- Campur tangan pemerintah sangat mendesak untuk menyelamatkan koleksi film, buku, naskah film, dan jenis koleksi lain milik Pusat Dokumentasi dan Informasi Perfilman Indonesia yang sebagian besar rusak. Apalagi, pusat dokumentasi ini adalah yang terlengkap se-Asia.

Pemilik rumah produksi Miles Production, Mira Lesmana, Selasa (8/5), mengatakan, arsip-arsip yang tersimpan di Pusat Dokumentasi dan Informasi Perfilman (Sinematek) Indonesia adalah dokumentasi yang bisa dimanfaatkan generasi mendatang untuk belajar tentang perfilman dan sejarah film Indonesia. Koleksi Sinematek juga bisa dimanfaatkan untuk menambah referensi bagi sineas muda sebelum mulai berkarya.

”Pusat dokumentasi berperan untuk pendidikan. Karena itu, keberadaan Sinematek tidak bisa diserahkan begitu saja kepada swasta. Negara punya tanggung jawab besar untuk menyelamatkan dokumentasi film karena itu bagian dari sejarah dan kebudayaan kita,” papar Mira yang pernah memanfaatkan Sinematek untuk menyelesaikan kuliah sarjananya.

Saat ini ribuan koleksi film di Sinematek Indonesia dalam kondisi rusak berat. Karya intelektual yang berperan merekam jejak sejarah perfilman nasional itu nyaris hancur ”dimakan” asam dan berkarat. Jumlah koleksi film mencapai 2.000 salinan film.

Digitalisasi

Menurut Nia Nuraini, anggota staf perpustakaan Sinematek, mereka menyimpan 3.500 judul buku dengan jumlah hingga 5.000 eksemplar. ”Lebih dari 70 persen buku itu harus segera didigitalkan karena sudah nyaris hancur. Sebagian ruang perpustakaan bocor,” ungkap Nia.

Sineas Riri Riza mengatakan, koleksi yang dimiliki Sinematek sebagian layak diperlakukan sebagai warisan budaya mengingat usianya yang sudah lebih dari 50 tahun. Karya-karya intelektual tersebut sayangnya hanya dianggap sebagai tumpukan barang bekas dan diperlakukan tidak selayaknya warisan budaya.

Kondisi ruang penyimpanan koleksi di Sinematek Indonesia dianggap kurang layak. Akibat sirkulasi udara yang kurang baik, dinding dan atap ruang penyimpanan rusak di beberapa tempat karena lembab. ”Desain gedungnya tidak tepat untuk menyimpan film. Perlu ada perombakan menyeluruh,” tutur Djonny Syafruddin, Ketua Yayasan Pusat Perfilman H Usmar Ismail.

(IND)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com