Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sopir Anas dan Operasi Intelijen Selendang

Kompas.com - 30/04/2012, 15:03 WIB

Oleh Prayitno Ramelan, pengamat intelijen

KOMPAS.com — Anas Urbaningrum tidak putus terus diberitakan media, terlebih apabila hal itu menyangkut hal yang berbau negatif. Setelah diberitakan terlibat korupsi oleh Nazaruddin, mantan bendahara partai yang dipimpinnya, kini media memberitakan dua mobilnya kadang memakai nomor polisi palsu. Tidak main-main, mobil yang dipakai istri dan diantarnya ke KPK juga menggunakan nomor palsu itu.

Polisi memastikan bahwa pelat nomor B 1716 SDC yang dipasang di dua mobil milik Ketua Umum Partai Demokrat itu palsu alias tak terdaftar. Kabid Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Rikwanto menjelaskan kepada media bahwa penggunaan nomor palsu tersebut atas inisiatif sopir Anas, dengan alasan merasa sering dibuntuti orang.

Detik memberitakan bahwa sopir Anas sering mengganti nomor polisi dua mobilnya dengan nopol B 1716 SDC. Dua mobil Anas tersebut, yaitu Kijang Innova, seharusnya bernopol B 1584 TOM atas nama Irmansyah yang beralamat di Jalan Mawar Merah, Jakarta Timur. Sementara Toyota Vellfire hitam bernopol B 69 AUD dengan nama pemilik Wasith Su Ady, yang beralamat di Cempaka Baru, Jakarta Pusat, demikian penjelasan Rikwanto.

Kedua mobil dipakai sang Ketua Umum dengan istrinya juga pada saat acara partai dan lainnya. Nah, ada apa sebenarnya ulah si sopir yang bisa membawa pemimpin the rulling party itu mendapat masalah baru.

Pada saat penulis bertugas di Pangkalan Halim Perdana Kusuma sebagai perwira Intelud, terjadi pencurian mobil di dalam dan di sekitar pangkalan, baik yang lengkap STNK maupun tanpa STNK. Setelah melarikan mobil curian itu, para pencuri mengganti nomor polisi mobil dengan nomor palsu untuk menghindari penyekatan yang dilakukan. Kemudian mobil dijual si sindikat, istilah dalam dunia curanmor, dengan STNK (berselendang) harga lebih mahal, tanpa selendang harganya lebih murah. Para pencuri tersebut kemudian dapat digulung setelah dilakukan counter dengan penjejakan dan penyekatan.

Dalam dunia intelijen, hal serupa juga dilakukan dalam operasi clandestine, semuanya dengan cover (kedok), ya data diri, penampilan, dan lainnya. Semua tindakan dalam rangka pengamanan pribadi agen, pengamanan kegiatan, informasi, dan pengamanan organisasi. Tampaknya sopir Anas meniru kegiatan intelijen, pengamanan pribadi juragannya, menggunakan cover number untuk mobil pribadi Anas.

Tetapi, ada yang dilupakannya. Tindakannya jelas salah, jangan mendudukkan Anas sebagai ketua parpol terbesar di Indonesia dalam mobil dengan nomor palsu. Tidak bisa dibayangkan apabila mobil tersebut saat ditumpangi Anas dengan nomor palsu itu mengalami kecelakaan, misalnya menabrak orang lain hingga meninggal. Masalah besar jelas akan dijumpai Anas, menyangkut masalah hukum dan citra.

Dalam operasi intelijen saja, penggunaan cover kendaraan tidak dibenarkan menggunakan nomor palsu. Memang kemudian berganti mobil membutuhkan dana yang cukup banyak. Sebaiknya secara rutin, apabila akan melakukan pengamanan pribadi dengan menghindari penjejakan, Anas menyewa saja. Maksudnya supaya tidak diberitakan negatif, yang jelas akan membawa dampak terhadap diri pribadi ataupun partai yang dipimpinnya. Yang rusak adalah citra.

Apabila Anas merasa terancam bisa meminta bantuan pengamanan polisi, atau bisa saja menyewa tenaga pengamanan pribadi (bodyguard) dari perusahaan yang bergerak di bidang sekuriti. Faktor kejujuran merupakan bagian inti penilaian publik terhadap para elite politik yang kini secara umum dinilai tidak jujur. Terlebih, Anas terus diberitakan dalam keterlibatannya dalam tindak korupsi oleh Nazaruddin, ini yang harus dijaganya.

Kini, nasi sudah menjadi bubur, tindakan si sopir dalam operasi bergaya-gaya intelijen yang dipikirnya sendiri, terlepas bosnya tahu atau tidak (jelas tahu sepertinya), sebaiknya jangan ditiru oleh pejabat ataupun kalangan elite politik lainnya. Pakai saja mobil berselendang, itu sedikit masukan dan saran penulis. Sayang, nama besar dihancurkannya sendiri karena sebuah tindakan naif yang dipikirnya benar. Oh, politik. (www.ramalanintelijen.net)

Artikel ini sebelumnya sudah dimuat di Kompasiana.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Nasional
Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Nasional
Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Nasional
Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta 'Selfie'

Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta "Selfie"

Nasional
Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan 'Presidential Club'

Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan "Presidential Club"

Nasional
Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Nasional
Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya 'Clean and Clear'

Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya "Clean and Clear"

Nasional
Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Nasional
Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada 'Presidential Club'

Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada "Presidential Club"

Nasional
Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Nasional
“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

Nasional
Soal Orang 'Toxic' Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Soal Orang "Toxic" Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com