Sosok Dahlan Iskan, yang pada saat baru masuk sebagai Dirut PLN diragukan kemampuannya, kini dalam posisinya sebagai Menteri BUMN menjadi salah satu figur fenomenal. Oleh karena itu, tidak heran bila sebagian orang menilai Dahlan sebagai pribadi yang
Sama ketika hendak menjadi Dirut PLN, saat dilantik menjadi Menteri BUMN pada Oktober 2011, Dahlan juga mengumumkan bahwa dirinya tidak akan menggunakan fasilitas mobil dan rumah dinas. Bahkan, sebagai Menteri BUMN, dia menghapuskan jabatan staf khusus.
Dahlan juga tidak membutuhkan pengawalan polisi meski arus lalu lintas macet sehingga tidak heran bila dia sering naik kereta rel listrik (KRL) dan menggunakan jasa ojek jika sudah kepepet waktu jika hendak rapat bersama Presiden.
”Kalau saya terbang dengan Citilink atau naik KRL dan kereta ekonomi, bukan untuk sok sederhana, melainkan bagian dari keinginan saya untuk menyelami kultur yang lagi berkembang di semua unit usaha (BUMN),” kata Dahlan dalam bukunya,
Komitmen dan sebagian gaya kepemimpinan Dahlan ini menular kepada sebagian direksi BUMN. Misalnya, empat orang direksi PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) ini tidak menggunakan fasilitas mobil dinas.
Dalam perjalanan dinas, mereka juga tidak lagi menggunakan tiket kelas bisnis, tetapi kelas ekonomi. Sementara fasilitas rumah dinas PT RNI di Jalan Tirtayasa, yang seharusnya bisa dinikmati Direktur Utama RNI Ismed Hasan Putro, lebih difungsikan sebagai mes bagi para direksi anak-anak perusahaan RNI kalau mereka sedang bertugas ke Jakarta.
Sebenarnya, tidak ada paksaan bagi direksi untuk tidak menggunakan fasilitas tersebut. Namun, direksi kompak untuk menanggalkan fasilitas tersebut, apalagi RNI termasuk salah satu BUMN yang bermasalah dan terus merugi. Tahun 2011, kerugian RNI mencapai Rp 34 miliar.
Sementara anggaran yang bisa dihemat dari fasilitas yang tidak dimanfaatkan direksi RNI mencapai Rp 12 miliar per tahun. Perusahaan BUMN ini memiliki anak-anak perusahaan yang bergerak dalam industri gula, alat-alat kesehatan dan obat-obatan, kelapa sawit, serta produk pertanian lainnya.
Penghematan lain adalah dengan memindahkan kantor ke pabrik gula. Seperti di pabrik gula PT Rajawali I di Surabaya dipindahkan ke Malang, Jawa Timur. Demikian juga kantor
Pemindahan kedua kantor tersebut bisa menghemat anggaran Rp 35 miliar per tahun. Selanjutnya, kedua kantor itu akan dibangun hotel dan rumah sakit sehingga bisa memberikan keuntungan bagi perusahaan.
Gaji dan fasilitas eksekutif BUMN sebenarnya tidak kalah dengan swasta. Kemampuannya juga sudah sama dengan swasta. Namun, budaya organisasi masih berbeda. Di BUMN, pembentukan kultur korporasi yang sehat masih sering terganggu oleh budaya saling incar jabatan. Sebagian eksekutif BUMN tidak jarang menggunakan