Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

HTI: SPBU Pertamina Bisa Tutup Semua

Kompas.com - 29/03/2012, 13:59 WIB
Ratih Prahesti Sudarsono

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Para orator Hizbut Tahir Indonesia yang berdemontrasi di seberang jalan depan Istana Merdeka, Jakarta Pusat, menyerukan penolakan terhadap kenaikan harga BBM.  Alasan utamanya, kebijakan itu hanya akan lebih meliberalkan sistem perekonomian Indonesia yang justru tambah menyengsarakan rakyat miskin.

Seorang orator mengatakan, kenaikan harga BBM di pasar dunia justru menambah pendapatan negara sampai Rp 40 triliun. Kenapa ada penambahan pendapatan itu tidak diumumkan, malah justru ingin menaikkan harga eceran BBM.

Dengan menaikkan harga eceran BBM, katanya, akan membuat PT Pertamina semakin tidak bisa bersaing dengan perusahan minyak lainnya. Sebab, kesalahan pemerintah dalam kebijakan migas dan ketidakprofesionalan Pertamina dalam menjalankan usaha membuatnya makin kalah bersaing dengan perusahan minyak negara lain.

"Nanti, SPBU-SPBU yang menyalurkan BBM Pertamina satu per satu akan tutup, bangkrut, karena kalah bersaing dengan SPBU-SPBU milik Shell dan Total. Sebab, Pertamina tidak efisien dalam mengelola usahanya, sedangkan perusahaan minyak lainnya bisa efisien, jadi produknya lebih murah dan bagus, yang akhirnya produk asing yang dibeli masyarakat. SPBU Pertamina akhirnya tutup," katanya.

Rencana pemerintah untuk memberi bantuan tunai langsung Rp 150.000 kepada rakyat miskin sebagai kompensasi atas kenaikan harga BBM dinyatakan para orator HTI, tidak imbang dengan derita rakyat miskin yang akan semakin terpuruk.

Hitung-hitungan adalah dengan harga BBM naik, ongkos angkutan kota juga menjadi naik 20 persen. Kalau ongkos anak sekolah saat ini Rp 2.000, berarti akan naik menjadi Rp 2.600. Kenaikan Rp 600 ini dikali dua menjadi Rp 1.200. Dikali 20 hari sekolah, pengeluaran tambahan menjadi Rp 224.000.

"Itu untuk ongkos angkot satu orang anak saja. Belum lagi kenaikan harga sayur, beras, dan lainnya. Untuk ongkos saja, tambahan itu sudah tidak memadai," kata mereka.

Untuk itu HTI menyatakan menolak liberalisme ekonomi dan mengajak semua pihak untuk mengubah sistem pemerintahan dengan menerapkan sistem khilafah Islamiyyah. Demikian para orator HTI itu.

Unjuk rasa HTI yang berlangsung Kamis (29/3/2012) mulai pukul 09.00 berakhir sekitar pukul 12.00.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com