Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nazaruddin Berencana Laporkan Angelina ke Polisi

Kompas.com - 15/02/2012, 17:26 WIB
Icha Rastika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Terdakwa kasus dugaan suap wisma atlet SEA Games, Muhammad Nazaruddin, berencana melaporkan mantan rekannya di Partai Demokrat, Angelina Sondakh, ke pihak kepolisian. Nazaruddin menilai, Angelina telah menyampaikan keterangan palsu saat bersaksi dalam persidangan Nazar di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Rabu (15/2/2012) pagi hingga siang ini.

"Pihak lawyer (pengacara) akan mengajukan tentang saksi berbohong ke pihak polda," kata Nazaruddin, di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Rabu.

Selain itu, pihak Nazaruddin meminta Angie kemudian dikonfrontir dengan Rosa (Direktur Pemasaran PT Anak Negeri) dan Yulianis (mantan Wakil Direktur Keuangan Permai Grup).

"Kalau memang majelis hakim ingin persidangan ini fair, karena ini fakta inti yang harus membuktikan semua cerita tentang wisma atlet," kata mantan Bendahara Umum Partai Demokrat itu.

Keterangan Angelina yang disampaikan dalam persidangan Nazaruddin kali ini lebih banyak menepis kesaksian Rosa dan Yulianis. Angelina mengaku tidak pernah meminta uang kepada Rosa melalui BlackBerry Messanger. Ia juga membantah keterangan Yulianis yang mengatakan kalau Permai Grup menggelontorkan uang Rp 2 miliar dan Rp 3 miliar kepada Angelina dan Koster.

Sementara, Nazaruddin menilai, Angelina telah berbohong terkait isi pertemuan tim pencari fakta (TPF) Partai Demokrat dan terkait bagi-bagi uang saat Kongres Partai Demokrat di Bandung tahun lalu. Dalam kesaksiannya, Angelina mengaku tidak pernah menyampaikan di hadapan TPF kalau dirinya menerima uang terkait proyek wisma atlet SEA Games.

Pertemuan TPF itu, kata Angelina, hanya membahas isu-isu pemberitaan yang merugikan Partai Demokrat. Sementara menurut Nazaruddin, jelas-jelas dalam pertemuan dengan TPF itu, Angelina tiga kali mengaku terima uang terkait proyek wisma atlet SEA Games.

"Jelas-jelas Benny K Harman (anggota TPF) nanya Bu Angie sampai tiga kali, berulang-ulang, dan jawabannya sama," kata Nazaruddin.

Dalam pertemuan dengan TPF itu juga, kata Nazaruddin, Mirwan Amir membenarkan adanya uang Rp 9 miliar yang diterima Angelina kemudian sebagiannya diserahkan kepada Mirwan. "Direalisasikannya ke mana saja, sudah dia (Mirwan) benarkan," kata Nazar.

Kebohongan Angelina yang lain, kata Nazaruddin, saat wanita itu membantah ikut pembagian uang di Kongres Partai Demokrat. Menurut Nazaruddin, uang dalam amplop untuk ketua-ketua dewan pimpinan cabang, diberikan langsung dari tangan Angelina, Nazaruddin, dan mendiang suami Angelina, Adjie Massaid, saat Kongres. Uang itu dimaksudkan agar para ketua DPC yang semula mendukung Andi ganti mendukung Anas sebagai Ketua Umum Partai Demokrat.

"Waktu itu ada almarhum suaminya Bu Angie, ada saya dan Angie. Bagi-bagi uang kepada ketua DPC tentang dari putaran jeda, dari putaran satu ke putaran dua, itu yang merealisasikan uangnya kebetulan langsung dari tangan Angie, Adji, dan saya," ungkap Nazaruddin.

Amplop untuk para ketua DPC itu, katanya, diberikan saat jeda putaran pertama ke putaran kedua pemungutan suara. Nilainya, mencapai sekitar 2 juta dollar AS. "Kalau uang yang lain kan lewat koordinator masing-masing, waktu itu karena jeda waktu mepet, maka dibagikan langsung," tambah Nazaruddin. "Dia lakukan pembohongan besar," ucap Nazaruddin lagi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

    BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

    Nasional
    Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

    Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

    Nasional
    Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

    Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

    Nasional
    Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

    Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

    Nasional
    “Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

    “Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

    Nasional
    Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

    Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

    Nasional
    Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

    Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

    Nasional
    Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

    Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

    Nasional
    Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

    Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

    Nasional
    [POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

    [POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

    Nasional
    Kualitas Menteri Syahrul...

    Kualitas Menteri Syahrul...

    Nasional
    Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

    Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

    Nasional
    Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

    Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

    Nasional
    Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

    Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com