Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Pesan Bank Dunia untuk Negara Berkembang

Kompas.com - 19/01/2012, 17:06 WIB
Ester Meryana

Penulis

BEIJING, KOMPAS.com - Bank Dunia mengingatkan negara-negara berkembang untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi risiko penurunan pertumbuhan ekonomi lebih lanjut. Pasalnya, masalah utang negara-negara zona euro dan melemahnya pertumbuhan di sejumlah perekonomian besar telah meredupkan prospek pertumbuhan global. Hal ini disampaikan Bank Dunia dalam laporan Prospek Perekonomian Global 2012 dalam rilis yang diterima Kompas.com, Kamis (19/1/2012).

"Negara-negara berkembang perlu mengevaluasi kerentanan mereka dan mempersiapkan diri untuk goncangan lanjutan selama masih ada waktu," ujar Justin Yifu Liu, Ekonom Utama Bank Dunia dan Wakil Presiden Senior untuk Ekonomi Pembangunan.

Melambatnya pertumbuhan ekonomi global telah terlihat dari melemahnya perdagangan global dan harga-harga komoditas. Ekspor barang dan jasa global hanya bisa mencapai 6,6 persen pada tahun 2011. Turun drastis dari 12,4 persen pada 2010.

Pada tahun 2012 ini, Bank Dunia pun hanya memperkirakan ekspor barang dan jasa hanya tumbuh 4,7 persen. Untuk harga komoditas, harga energi, logam, dan produk-produk agrikultur global telah turun masing-masing sebesar 10 persen, 25 persen, dan 19 persen sejak awal tahun 2011. Hal ini dinilai memberikan dampak positif yakni meredakan inflasi dan menurunnya harga pangan di kebanyakan negara berkembang, karena harga pangan internasional telah turun 14 persen dari puncaknya pada Februari 2011.

Tetapi, Bank Dunia tetap menyatakan kekhawatirannya terhadap keamanan pangan masyarakat miskin, termasuk di Semenanjung Afrika. Dengan kondisi-kondisi tersebut, Bank Dunia akhirnya menurunkan lagi ramalan pertumbuhan untuk 2012 menjadi 5,4 persen bagi negara-negara berkembang dan hanya 1,4 persen untuk negara-negara berpendapatan tinggi.

Pertumbuhan ekonomi global pun diproyeksi hanya mencapai 2,5 persen pada tahun ini. Bank Dunia juga melihat negara-negara berkembang hanya punya ruang fiskal dan moneter yang lebih sedikit untuk upaya perbaikan dibandingkan tahun 2008/2009. Dengan demikian, kemampuan negara berkembang untuk menanggapi risiko krisis global pun menjadi terbatas.

Direktur Prospek Pembangunan Bank Dunia, Hans Timmer berpesan agar negara-negara berkembang menyisihkan pendanaan untuk defisit anggaran, memprioritaskan pembelanjaan untuk jejaring pengaman sosial dan infrastruktur, dan melakukan stress-test untuk perbankan domestik. Hal ini perlu dilakukan demi mempersiapkan kemungkinan menghadapi dampak lanjutan krisis global.

"Tidak ada seorang pun yang akan terlepas dari kondisi krisis yang semakin buruk. Tingkat pertumbuhan negara maju dan negara berkembang dapat menurun sebanyak atau bahkan lebih parah dari tahun 2008/2009," tambah Andrew Burns, Manajer Makroekonomi Global dan penulis utama laporan Bank Dunia.

Jadi, kata Burns, penting untuk membuat rencana apabila terjadi perubahan yang sangat penting secara mendadak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com