Jakarta, Kompas -
”Meningkatnya minat ini menunjukkan kita memasuki era teknologi robotik. Perlu dukungan pemerintah yang lebih besar, terutama dalam pendanaan,” kata pakar sistem robotik dan industri dari Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Wahidin Wahab, seusai penyerahan rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) kepada Robot Rotania karya World Robotic Explorer, Sabtu (7/1), di Tangerang.
Guru SMAN 28 Jakarta, M Arif, mengatakan, semakin banyak siswa tertarik masuk ekstrakurikuler robotik karena ada nuansa bermain. Di setiap langkah proses penyusunan robot, ada gabungan mata pelajaran Matematika, Fisika, Kimia, dan Biologi. ”Ekskul robotik baru kami buka empat tahun lalu. Seminggu tiga kali. Dulu hanya 17 siswa, sekarang 60 siswa,” ujarnya.
Hasilnya, tim SMAN 28 meraih medali emas dalam kompetisi International Robotic Olympiad 2011 dengan karya Robot Minyak (Bonyak). Robot yang membersihkan laut dari tumpahan minyak bumi itu dibuat selama tiga bulan dengan biaya sekitar Rp 10 juta.
Wahidin mengatakan, Indonesia tidak memiliki modal untuk membuat robot-robot canggih. Namun, hal ini bukan hambatan karena siswa bisa memanfaatkan bahan yang murah.
World Robotic Explorer atau Rumah Robot memecahkan rekor MURI atas Robot Rotania sebagai robot pertama yang menggunakan hasil kerajinan dan budaya Indonesia. Kerangka dasar Robot Rotania terbuat dari rotan. Sebelumnya, 16 Desember lalu, Robot Rotania memperoleh Technical Award dalam kompetisi International Robotic Olympiad 2011 untuk kategori Indonesian Robot.
”Casing-nya dibuat dari rotan. Yang bisa bergerak bagian kepala dan tangan. Untuk bisa bergerak, semua butuh modal besar,” kata Direktur World Robotic Explorer Jully Tjindrawan.