JAKARTA, KOMPAS.com — Presiden Susilo Bambang Yudhoyono diminta serius dalam mengusut berbagai kasus terkait dengan pelanggaran kebebasan beragama di Indonesia. Hal itu diungkapkan aktivis hak asasi manusia, Usman Hamid, menanggapi kasus pembakaran terhadap masjid, madrasah, dan rumah kelompok Syiah di Desa Karang Gayam, Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur, Kamis (29/12/2011).
"Berlanjutnya kekerasan ini akibat lemah dan rendahnya kepemimpinan Presiden dalam menjaga kemajemukan hidup masyarakat. Berbeda dengan Gus Dur, yang wafatnya kita peringati 31 Desember ini, yang selalu berdiri paling depan berjuangan membela kelompok masyarakat kecil yang terancam hidup dan nasibnya," ujar Usman kepada Kompas.com di Jakarta, Jumat (30/12/2011).
Usman mengatakan, Presiden sebenarnya bisa mencontoh Gus Dur kalau dibekali pengetahuan dan sikap keberanian. Menurut dia, pemikiran dan praksis Gus Dur terhadap kehidupan beragama, berbangsa, serta bernegara begitu jelas diperlukan untuk melindungi dan membantu rakyat yang kesusahan serta terancam keberadaan dan nasibnya.
"Kekerasan di Sampang menyusul sederet kekerasan berdimensi hak beragama dan berkeyakinan, seperti insiden Ahmadiyah di Cikeusik, Banten, pembakaran masjid di Medan, hingga penyerangan gereja Temanggung dan gereja Kepunton Solo, semua terjadi pada tahun 2011. Negara harus mengusut tuntas hingga jelas apa motif perusakan tersebut serta menghukum otak pelakunya," kata Usman.
Menurut Usman, dalam kasus Sampang, seharusnya jajaran otoritas setempat bisa mencegahnya lebih awal. Kasus itu penyebaran kebencian terhadap komunitas Syiah di Sampang merebak belakangan ini. "Tetapi, ketegangan meningkat dan mengarah kekerasan sejak April lalu dan mereka disudutkan oleh kelompok anti-Syiah. Pimpinan jamaah Syiah dipindah ke Malang. Jadi, selain Presiden, otoritas setempat juga harus berani menolak desakan kelompok anti-Syiah yang menuntut agar warga Syiah diusir dari Sampang," ujarnya.
Seperti diberitakan, penyerangan dan pembakaran dilakukan ribuan massa yang mengaku kelompok Sunni, Kamis (29/12/2011), sekitar pukul 10.00. Memperoleh serangan mendadak, kelompok Syiah bercerai-berai melarikan diri dan sama sekali tidak memberikan perlawanan. Bupati Sampang Noer Tjahja menuturkan, kerusuhan ini sesungguhnya berakar dari masalah internal keluarga. Kebetulan di dalam keluarga itu ada yang menganut paham tertentu sehingga menimbulkan perselisihan. Perselisihan itu semakin meruncing hingga akhirnya pecah menjadi kerusuhan.
Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Saud Usman Nasution mengatakan, kepolisian belum memulai penyelidikan. Kepolisian bersama muspida hingga saat ini masih mencoba menenangkan warga. Pihaknya juga berjanji kepada warga bahwa untuk saat ini tidak akan ada penangkapan "Kami tidak menangkap karena kami membantu menolong dulu agar tidak ada korban. Sekarang ini sifatnya kemanusiaan, lalu nanti pelan-pelan akan mencari pelakunya untuk diproses," kata Saud di Mabes Polri, Jumat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.