Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Satgas Anti Mafia Penjegal Yunus

Kompas.com - 02/12/2011, 20:41 WIB
Sandro Gatra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Keraguan terhadap independensi Yunus Husein, salah satu Calon Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang dilontarkan sebagian anggota Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) selama ini terbukti.

Yunus tak didukung mayoritas anggota Komisi III DPR ketika pemilihan empat pimpinan KPK periode 2011-2015. Mantan Ketua Pusat Pelaporan dan Analisis Keuangan itu hanya mendapat dukungan 20 suara. Masih kalah dengan Zulkarnain dengan 37 suara.

Trimedya Panjaitan, anggota dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, terang-terangan menyatakan partainya menolak Yunus. Alasannya sama, meragukan independensi Yunus lantaran masih menjabat Anggota Satgas Pemberantasan Mafia Hukum bentukan Presiden.

"Pak Yunus sejak awal tidak termasuk dalam paket kita. Kita ngga mau orang pemerintahan di sana (KPK)," kata Trimedya seusai pemilihan empat pimpinan KPK dan Ketua KPK baru di Komplek DPR, Jumat (2/12/2011).

Dikatakan Trimedya, jauh sebelum pemilihan, enam fraksi yakni PDI-P, Partai Golkar, PKS, PPP, Partai Hanura, dan Partai Gerindra sudah sepakat menolak Yunus. Enam fraksi itu adalah fraksi yang memilih Opsi C ketika pengambilan keputusan di Pansus Bank Century. Opsi itu melanjutkan kasus Century ke penegak hukum.

Partai Demokrat, kata Trimedya, terus melobi 6 fraksi itu agar dua nama yakni Yunus dan Aryanto Sutadi dipilih. Lobi sejak Kamis malam terus dilakukan hingga Jumat siang. Ternyata, pandangan di Sekretariat Gabungan pecah.

"Kalau mereka (Setgab) tadi solid, kita deg-degan. PDI-P cuma 9 anggota, enggak ada artinya," kata Trimedya.

Nasir Djamil, Wakil Ketua Komisi III dari Fraksi PKS membenarkan bahwa pihaknya meragukan independensi Yunus. Meski demikian, dia berharap pengalaman Yunus dalam memberantas korupsi tetap diberdayakan.

Bambang Soesatyo, anggota dari Fraksi Partai Golkar mengatakan, ketidakindependennya Yunus terlihat dari pernyataan bahwa Presiden sebaiknya diperiksa setelah tak menjabat lagi. Pernyataan Yunus itu menanggapi pertanyaan Bambang apakah dia berani memeriksa Presiden terkait kasus Bank Century.

"Kalau ada faktanya yang kuat, yah seharusnya diselesaikan," ucap Bambang.

Saat fit and proper test, Yunus membantah bahwa dirinya adalah titipan pemerintah. Pencalonannya sebagai Capim KPK, kata dia, murni kehendak pribadi.

Mengenai permintaan izin kepada Presiden Susilo Bambang Yudhyono untuk mendaftarkan sebagai Capim KPK, menurut Yunus, lazim dilakukan lantaran saat itu masih menjabat Ketua PPATK.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Bertemu Kaesang, Presiden PKS Harap PSI Ikut Dukung Anies-Sohibul di Pilkada Jakarta

    Bertemu Kaesang, Presiden PKS Harap PSI Ikut Dukung Anies-Sohibul di Pilkada Jakarta

    Nasional
    [POPULER NASIONAL] KPK Jangan Gentar Tanggapi Tantangan Megawati | Pegi Setiawan Bebas tapi Kasus Pembunuhan Vina Belum Tuntas

    [POPULER NASIONAL] KPK Jangan Gentar Tanggapi Tantangan Megawati | Pegi Setiawan Bebas tapi Kasus Pembunuhan Vina Belum Tuntas

    Nasional
    Diminta Gibran Temui Puan terkait Pilkada Jateng, Kaesang: Belum Ada Jadwal

    Diminta Gibran Temui Puan terkait Pilkada Jateng, Kaesang: Belum Ada Jadwal

    Nasional
    Tanggal 11 Juli 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 11 Juli 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Tanggal 10 Juli 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 10 Juli 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Anggota DPR Sebut Pengusutan Kasus Vina Bermasalah dari Awal

    Anggota DPR Sebut Pengusutan Kasus Vina Bermasalah dari Awal

    Nasional
    Hujan Deras, Pencarian 43 Korban Longsor Tambang Emas Gorontalo Dihentikan Sementara

    Hujan Deras, Pencarian 43 Korban Longsor Tambang Emas Gorontalo Dihentikan Sementara

    Nasional
    Bobby Sudah Didukung 7 Parpol, PDI-P Butuh Waktu Putuskan Cagub Sumut

    Bobby Sudah Didukung 7 Parpol, PDI-P Butuh Waktu Putuskan Cagub Sumut

    Nasional
    BTN Batal Akuisisi Bank Muamalat, Komisi VI DPR: Ada Isu 'Fraud'

    BTN Batal Akuisisi Bank Muamalat, Komisi VI DPR: Ada Isu "Fraud"

    Nasional
    Bencana Kesehatan di Gaza, Dompet Dhuafa Dirikan RS Darurat

    Bencana Kesehatan di Gaza, Dompet Dhuafa Dirikan RS Darurat

    Nasional
    Bakamla RI Dapat Hibah Kapal Patroli Baru dari Jepang

    Bakamla RI Dapat Hibah Kapal Patroli Baru dari Jepang

    Nasional
    Kemendagri Perkuat Fungsi APIP untuk Berantas Korupsi di Pemda

    Kemendagri Perkuat Fungsi APIP untuk Berantas Korupsi di Pemda

    Nasional
    MKD Diminta Lekas Tindak Oknum Judi Online di DPR, Jangan Terpaku Privilese

    MKD Diminta Lekas Tindak Oknum Judi Online di DPR, Jangan Terpaku Privilese

    Nasional
    KPU Kaji Opsi Buka Lagi Pencalonan Independen Pilkada Imbas Putusan MA

    KPU Kaji Opsi Buka Lagi Pencalonan Independen Pilkada Imbas Putusan MA

    Nasional
    Tokoh Eks Jamaah Islamiyah Dinilai Patut Dirangkul Tinggalkan Doktrin Ekstrem

    Tokoh Eks Jamaah Islamiyah Dinilai Patut Dirangkul Tinggalkan Doktrin Ekstrem

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com