Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seyogianya Pilihan DPR Sesuai Peringkat Pansel

Kompas.com - 02/12/2011, 13:48 WIB
Icha Rastika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Dewan Perwakilan Rakyat seyogianya merujuk pada peringkat yang telah ditetapkan Panitia Seleksi Calon Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (Pansel Capim KPK) dalam memilih pimpinan KPK berikutnya. DPR harus mempertanggungjawabkan kepada publik jika pilihannya berbeda dengan pemeringkatan Pansel.

"Penelusuran yang dilakukan teman-teman Koalisi Pemantau Peradilan, termasuk ICW, juga tidak jauh dari (peringkat) panitia seleksi. Harapan tidak jauh beda dari Pansel, meskipun seharusnya tidak jadi acuan mutlak dan harus diperdalam pada fit and proper test (uji kepatutan dan kelayakan)," kata peneliti Indonesia Corruption Watch (ICW), Tama S Langkun, saat dihubungi wartawan, Jumat (2/12/2011). Ia diminta berpendapat jelang pemilihan empat calon pimpinan KPK oleh Komisi II DPR, siang ini.

Berdasarkan peringkat yang ditetapkan Pansel, empat besar capim KPK dengan nilai tertinggi secara berurutan adalah Bambang Widjojanto, Yunus Husein (mantan Ketua Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan), Abdullah Hehamahua (penasihat KPK), serta Handoyo Sudrajat (Deputi Pengawasan Internal KPK). Keempatnya dinilai melalui tolok ukur kapabilitas, kredibilitas, dan integritas.

Berdasarkan informasi yang beredar di parlemen saat ini, calon-calon yang mendapat dukungan kuat antara lain Bambang Widjojanto, advokat Abraham Samad, dan komisioner Komisi Kepolisian Nasional, Adnan Pandupraja.

"Mengapa berbeda dari Pansel? Harus ada pertanggungjawaban DPR kepada publik," katanya.

Dia menambahkan, berdasarkan pengamatan ICW, DPR belum serius dan optimal dalam melakukan seleksi uji kepatutan dan kelayakan yang berlangsung selama dua pekan itu. Contoh ketidakseriusan DPR, katanya, saat menggelar uji kepatutan dan kelayakan untuk calon Abdullah Hehamahua dan Handoyo Sudrajat.

"Anggota Komisi III yang hadir hanya 14 orang saat seleksi Pak Abdullah, sementara saat Handoyo 16 orang. Padahal, anggota Komisi III ada 54 orang. Bagaimana mungkin mereka bisa memilih?" kata Tama.

Lainnya, saat menggali harta kekayaan calon Aryanto Sutadi. "Ada anggota Komisi III Fraksi PKS tanya, berapa harta kekayaan Anda, Rp 5 miliar atau Rp 8 miliar? Aryanto tidak mau blak-blakan, tetapi dipotong sama pimpinan rapat saat itu, Aziz Syamsuddin, katanya dijadikan saja pertimbangan. Seleksi tadi tidak optimal, tidak serius," lanjutnya.

Tama juga mengatakan, ICW berharap agar DPR tidak meloloskan calon-calon yang punya masalah dengan integritasnya.

"Kita juga sangat mengharapkan DPR tidak terjebak, milih harus jaksa, polisi, tetapi apakah orang itu punya masalah integritas atau tidak," ungkapnya.

Hari ini, Komisi III DPR memilih pimpinan KPK periode berikutnya. Pemilihan, yang semula dijadwalkan berlangsung pukul 09.00, diundur hingga pukul 14.00.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Pegi Setiawan Bisa Tuntut Ganti Rugi karena Jadi Korban Salah Tangkap, tapi...

    Pegi Setiawan Bisa Tuntut Ganti Rugi karena Jadi Korban Salah Tangkap, tapi...

    Nasional
    Dokter Asing untuk Peningkatan Kualitas Pelayanan Kesehatan

    Dokter Asing untuk Peningkatan Kualitas Pelayanan Kesehatan

    Nasional
    Bebasnya Pegi, Keraguan atas Kinerja Polri, dan Janji Evaluasi

    Bebasnya Pegi, Keraguan atas Kinerja Polri, dan Janji Evaluasi

    Nasional
    Bertemu Kaesang, Presiden PKS Harap PSI Ikut Dukung Anies-Sohibul di Pilkada Jakarta

    Bertemu Kaesang, Presiden PKS Harap PSI Ikut Dukung Anies-Sohibul di Pilkada Jakarta

    Nasional
    [POPULER NASIONAL] KPK Jangan Gentar Tanggapi Tantangan Megawati | Pegi Setiawan Bebas tapi Kasus Pembunuhan Vina Belum Tuntas

    [POPULER NASIONAL] KPK Jangan Gentar Tanggapi Tantangan Megawati | Pegi Setiawan Bebas tapi Kasus Pembunuhan Vina Belum Tuntas

    Nasional
    Diminta Gibran Temui Puan terkait Pilkada Jateng, Kaesang: Belum Ada Jadwal

    Diminta Gibran Temui Puan terkait Pilkada Jateng, Kaesang: Belum Ada Jadwal

    Nasional
    Tanggal 11 Juli 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 11 Juli 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Tanggal 10 Juli 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 10 Juli 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Anggota DPR Sebut Pengusutan Kasus Vina Bermasalah dari Awal

    Anggota DPR Sebut Pengusutan Kasus Vina Bermasalah dari Awal

    Nasional
    Hujan Deras, Pencarian 43 Korban Longsor Tambang Emas Gorontalo Dihentikan Sementara

    Hujan Deras, Pencarian 43 Korban Longsor Tambang Emas Gorontalo Dihentikan Sementara

    Nasional
    Bobby Sudah Didukung 7 Parpol, PDI-P Butuh Waktu Putuskan Cagub Sumut

    Bobby Sudah Didukung 7 Parpol, PDI-P Butuh Waktu Putuskan Cagub Sumut

    Nasional
    BTN Batal Akuisisi Bank Muamalat, Komisi VI DPR: Ada Isu 'Fraud'

    BTN Batal Akuisisi Bank Muamalat, Komisi VI DPR: Ada Isu "Fraud"

    Nasional
    Bencana Kesehatan di Gaza, Dompet Dhuafa Dirikan RS Darurat

    Bencana Kesehatan di Gaza, Dompet Dhuafa Dirikan RS Darurat

    Nasional
    Bakamla RI Dapat Hibah Kapal Patroli Baru dari Jepang

    Bakamla RI Dapat Hibah Kapal Patroli Baru dari Jepang

    Nasional
    Kemendagri Perkuat Fungsi APIP untuk Berantas Korupsi di Pemda

    Kemendagri Perkuat Fungsi APIP untuk Berantas Korupsi di Pemda

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com