Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KPK Harus Jelaskan Peran Anas dan Andi

Kompas.com - 30/11/2011, 23:36 WIB
Khaerudin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Komisi Pemberantasan Korupsi harus menjelaskan peran Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum dan Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng, yang hilang dalam surat dakwaan terhadap mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin.

Surat dakwaan terhadap Nazaruddin dalam kasus suap wisma atlet hanya menyebut peran salah satu politikus Partai Demokrat, Angelina Sondakh. Padahal dalam berita acara pemeriksaannya, Nazaruddin menyebut peran Anas dan Andi terutama dalam proyek pembangunan kompleks olahraga di Hambalang, Bogor yang juga dugaan korupsinya tengah diselidiki KPK.

"Kenapa peran Andi sebagai atasan Wafid Muharram (Sekretaris Menpora) tidak dieksplore lebih dalam. KPK harus jelaskan ini ke publik, kenapa dalam dakwaan ini tak terlihat posisi Andi. Padahal ia adalah atasan dari Wafid," kata Koordinator Divisi Hukum dan Monitoring Peradilan Indonesia Corruption Watch, Febri Diansyah kepada Kompas di Jakarta, Rabu (30/11/2011).

Febri mengungkapkan, peran Anas yang disebut Nazaruddin juga harus segera dijawab KPK. Dalam dokumen berita acara pemeriksaan Nazaruddin, Anas bersama politikus Partai Demokrat yang duduk di Badan Anggaran Mirwan Amir dan Nazaruddin membicarakan proyek Hambalang.

Nazaruddin menyatakan, khusus untuk Proyek Hambalang, Mirwan bertugas mengatur anggarannya dari Badan Anggaran, sementara Angelina mengondisikannya di Komisi X bersama menteri terkait, yakni Menpora.

Nazaruddin mengakui tugasnya adalah memonitor apa yang dikerjakan amir dan Angelina. Menurut Nazaruddin, semua pengaturan perencanaan dilakukan oleh Anas. Dalam berita acara pemeriksaan yang sama, Nazaruddin juga menyebut Anas mengatakan Proyek Hambalang sudah ada anggarannya di APBN 2010 sebesar Rp 125 miliar, tetapi tanahnya terkendala.

Menurut Nazaruddin, Anas meminta dirinya memanggil Kepala BPN. Namun karena tidak kenal dengan Kepala BPN, Anas menanyakan siapa di Komisi II yang kuat untuk bisa bertemu dengan Kepala BPN. Nazaruddin kemudian menyodorkan nama Ignatius Mulyono.

Belakangan Mulyono mengakui pernah diminta Anas untuk membantu Proyek Hambalang. "Pertanyaan banyak pihak soal keterlibatan Anas harus segera dijawab KPK dengan menyegerakan penanganan kasus Hambalang yang sekarang sudah masuk penyelidikan," kata Febri. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
     PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

    PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

    Nasional
    Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

    Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

    Nasional
    LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

    LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

    Nasional
    MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

    MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

    Nasional
    PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

    PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

    Nasional
    Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

    Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

    Nasional
    Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

    Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

    Nasional
    'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

    "Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

    Nasional
    Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

    Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

    Nasional
    Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

    Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

    Nasional
    Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

    Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

    Nasional
    Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

    Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

    Nasional
    PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

    PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

    Nasional
    Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

    Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com