Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Krisis Air, Ikan di Way Kambas Mati

Kompas.com - 19/10/2011, 03:18 WIB

Kalianda, Kompas - Akibat kemarau panjang, warga di Lampung Selatan, Provinsi Lampung, kesulitan mendapatkan air bersih. Kemarau juga mengakibatkan ikan-ikan di Sungai Way Kanan di kawasan Taman Nasional Way Kambas, Lampung Timur, mati.

Dari pantauan beberapa hari terakhir dalam pekan ini, dampak kemarau panjang tampak jelas di sejumlah daerah di Lampung, mulai dari Lampung Timur, Kota Metro, dan Lampung Selatan. Kemarau mengakibatkan aktivitas pertanian di wilayah ini nyaris lumpuh akibat kekurangan air.

Ribuan hektar sawah yang dilengkapi irigasi teknis di sepanjang Kota Metro misalnya, tampak terbengkalai akibat minimnya suplai air dari aliran Sungai Way Sekampung. Dalam kondisi ini, mayoritas petani memilih menunda masa tanam padi hingga akhir tahun ini.

Pemandangan serupa tampak di wilayah Gayam dan Ketapang di Lampung Selatan. Tanaman jagung gagal panen akibat krisis air. Mayoritas tanaman pisang di daerah ini tumbang dan mati akibat tidak adanya pasokan air. Daerah ini merupakan salah satu sentra jagung dan pisang di Lampung. ”Dalam kondisi macam ini, sulit sekali bercocok tanam. Ya mau tidak mau lahan jadi menganggur,” ujar Rodiyah (52), warga Kecamatan Bakauheni, Lampung Selatan.

Tidak hanya komoditas pertanian, diakuinya, akhir-akhir ini warga sulit mendapatkan air bersih. Untuk mendapatkan air bersih untuk minum dan memasak, Rodiyah terpaksa ”mengemis” ke tetangga yang sumurnya belum mengering. ”Kalau untuk mandi, air masih bisa didapat di sumur umum. Tetapi, itu sering kali habis karena berebut dengan warga lain,” tuturnya.

Kemarau ini kerap mengakibatkan kebakaran di kawasan hutan padang rumput TNWK. Berdasarkan data Balai TNWK, selama September–Oktober, sekitar 200 hektar hutan di TNWK terbakar.

Di sana juga, ikan-ikan di sepanjang aliran Sungai Way Kanan di TNWK mati. Ikan yang mati ini didominasi lele. Menurut Kepala Bagian Humas dan Kerja sama Balai TNWK Sukatmoko, ikan-ikan ini mati akibat air sungai berubah menjadi payau menyusul kekeringan.

”Karena kekeringan, ketinggian dan debit air Way Kanan berkurang, lalu air asin dari laut pun masuk. Airnya menjadi payau. Akibatnya, ikan air tawar yang tidak kuat menyesuaikan perubahan ini lalu mati,” katanya menceritakan soal intrusi air laut ke DAS di kawasan Resor Way Kanan akibat kemarau.

Koordinator Rhino Protecting Unit (RPU) Yayasan Badak Indonesia wilayah TNWK, Hartato, mengungkapkan, kawasan TNWK sangat rentan mengalami perubahan cuaca ekstrem. ”Di musim kemarau ini kekeringan sangat terasa. Di musim hujan, di banyak wilayah mengalami banjir. Perubahannya menjadi sangat ekstrem,” ujar Hartoto.(jon)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com