Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menghadang Penipuan dan Pemotongan Pulsa...

Kompas.com - 06/10/2011, 04:51 WIB

Serangan SMS yang mengelabui kian membabi-buta. Berevolusi dari rayuan untuk mentransfer sejumlah uang demi menebus hadiah, permintaan pulsa yang mengharu biru, hingga ”todongan” untuk mentransfer uang dari mesin ATM.

Ada layanan pesan singkat (SMS) yang bahkan menghampiri ibarat hipnotis di siang bolong sehingga ada pelanggan ”tersihir” lantas tergopoh-gopoh menyetor jutaan rupiah. Namun, tipuan lewat SMS juga mewujud bak pencuri di bayang malam. Kita terlena, tiba-tiba kantong tergerus sebab jebakan konten yang difasilitasi oleh perangkat lunak operator, tanpa ampun memotong pulsa.

Beda siang, beda malam. Sebagaimana halnya penipuan, berbeda dengan pemotongan pulsa. Jangan dicampur aduk. Resep untuk menanganinya juga bisa jadi berbeda.

Persoalannya, kejahatan terhadap pelanggan telekomunikasi didukung dengan segenap kecanggihan teknologi, kemampuan untuk memanipulasi perangkat lunak, hingga berkembangnya kreativitas sesat untuk merampok uang dan pulsa pelanggan.

Untuk melawannya, tidak cukup dengan kerja keras operator atau pembinaan ketat oleh regulator, tetapi juga upaya cerdas pelanggan untuk tidak terjebak. Bahkan juga niat dan aksi nyata pelanggan untuk membantu menangkap pelaku kejahatan tersebut.

Untuk mencegah berulangnya penipuan, jelas dibutuhkan pelaporan oleh pelanggan ke polisi. Atas permintaan polisi, nantinya operator dapat membantu melacak hingga lokasi perangkat telepon yang digunakan untuk menipu. Sejumlah komplotan telah dibekuk polisi atas kasus ini.

Mungkin ada pertanyaan, tidakkah sebelumnya, operator dapat mengeblok nomor yang berniat menipu? Pertama, harus dipahami nomor penipu selalu berganti. Kedua, operator tak punya hak membaca isi SMS karena dibatasi regulasi.

Kalau dimungkinkan, jangan-jangan sembarang SMS dibaca operator. Bila kita tak senang dengan rekan kerja, dapat melaporkan nomor telepon genggamnya untuk diblokir. Semudah itu! Mungkin juga, SMS promosi hanya untuk teman satu perusahaan, jadi buat apa diblokir?

Lalu, bagaimana dengan konten menyesatkan? Pelanggan harus jeli membaca SMS. Dalam banyak kasus, sadar atau tidak, ternyata pelanggan pernah mendaftar. Pelanggan pun mengakrabi konten, tercatat 25 persen pelanggan Excelcomindo (XL) dengan sadar memasang nada sambung.

Memang ada penyedia konten yang menyesatkan, yang kontraknya langsung diputus oleh operator. Namun, tak semua harus ditutup. ”Nada sambung menghidupi musisi saat penjualan CD seret. Lalu XL Baca menguntungkan pengarang di tengah penurunan penjualan buku dan majalah,” kata Head of Corporate Communication XL Febriati Nadira.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com