”Dengan kejadian ini, saya harus katakan untuk kesekian kalinya, ancaman terorisme masih ada di negara kita. Ancaman ini riil,” kata Presiden di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Minggu (25/9).
Jumpa pers digelar seusai rapat mendadak yang dipimpin Presiden terkait peledakan bom di Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Kepunton, Solo, Minggu. Rapat antara lain diikuti Wakil Presiden Boediono, Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto, dan Kepala Badan Intelijen Negara Sutanto.
Ledakan bom di GBIS Kepunton terjadi pukul 10.55, menewaskan satu orang yang diduga pelaku dan melukai 22 orang, yang semuanya jemaat gereja. Korban luka dilarikan ke Rumah Sakit Dr Oen dan RS Brayat Minulya, Solo. Delapan orang kemudian menjalani rawat jalan.
Menurut Presiden, pemerintah atau polisi akan terus mengingatkan adanya ancaman terorisme. Hal itu bukan mengada-ada. Presiden juga berjanji akan menginvestigasi aparat keamanan terkait kasus bom di Solo itu. ”Saya mengetahui, intelijen sudah beri peringatan dan Kepala Polri sudah memberikan instruksi kepada jajaran kepolisian,” ucapnya.
Presiden menjelaskan, berdasarkan investigasi sementara, pelaku peledakan bom bunuh diri adalah anggota jaringan teroris di Masjid Polresta Cirebon, Jawa Barat, April lalu. ”Saya instruksikan agar investigasi lanjutan dilakukan secara intensif untuk mengetahui dan membongkar habis rangkaian jaringan pelaku teror di Cirebon dan Solo, termasuk dana yang dikeluarkan serta pemimpin atau penggerak aksi terorisme itu,” tuturnya.
Presiden menyinggung perlunya undang-undang yang memungkinkan aparat intelijen dan Polri mencegah aksi terorisme. ”Hukum harus ditegakkan, rakyat harus dilindungi,” ujarnya.
Presiden mengharapkan kehidupan masyarakat bisa berjalan normal. ”Tidak perlu ada kecemasan dan ketakutan yang berlebihan, dengan catatan mari kita bekerja sama dan berkolaborasi mencegah kekerasan itu dengan cara berpartisipasi dan berkontribusi,” tuturnya.
Djoko Suyanto menduga,