WASHINGTON DC, SENIN
Pernyataan tegas Obama itu disampaikan dalam pidato selama 20 menit dari Rose Garden, Gedung Putih, Senin (19/9), dan diduga akan memicu debat panas baru antara Partai Demokrat dan Partai Republik. ”Ini bukan soal perang antarkelas sosial. Ini matematika biasa,” tandas Obama, mengantisipasi kritik yang sudah bisa ditebak dari republiken.
Tak lama setelah pidatonya, kritik tersebut dilontarkan Ketua DPR AS John Boehner dari Partai Republik. ”(Mengobarkan) perang kelas tidak menunjukkan kepemimpinan,” tukas Boehner.
Dalam perdebatan seru soal defisit anggaran AS yang terus membengkak, pihak Republik berkeras pemerintah harus memotong anggaran belanjanya, terutama dalam berbagai program tunjangan warga. Pihak Obama berkeras, pemotongan defisit tidak bisa dilakukan sekadar dengan memotong pengeluaran, apalagi yang berkaitan dengan hak warga negara, tetapi juga harus dengan menambah pendapatan negara.
”Saya tidak akan mendukung rencana apa pun yang meletakkan beban pengurangan defisit ini di pundak warga Amerika,” ujar Obama, yang berharap kebijakan populisnya ini bisa mendorongnya terpilih lagi untuk periode kedua dalam pemilihan presiden tahun depan.
Selain berniat menaikkan pajak bagi orang-orang terkaya Amerika, termasuk menetapkan pajak minimum bagi orang-orang berpenghasilan di atas 1 juta dollar AS (sekitar Rp 8,8 miliar) per tahun, Obama juga akan menutup berbagai celah pajak dan subsidi pemerintah yang selama ini dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan besar.
Pihak Partai Republik langsung menganggap sepi proposal terbaru Obama ini. ”Ancaman veto, kenaikan pajak besar-besaran, penghematan yang tidak jelas, dan bermain-main dengan reformasi program tunjangan warga bukanlah resep untuk pertumbuhan ekonomi atau penambahan lapangan pekerjaan, dan bahkan tidak memberi sumbangan berarti bagi pengurangan defisit,” tandas Senator Mitch McConnell, ketua fraksi Partai Republik di Senat AS.