Jakarta, Kompas -
Demikian penegasan pengamat ekonomi Tony Prasetiantono, di Jakarta, Jumat (12/8), berkenaan dengan peringkat utang Amerika Serikat (AS) yang masih AA+ dari sebelumnya AAA. Sementara peringkat utang Indonesia BB. Padahal rasio utang AS kini 100 persen terhadap produk domestik bruto (PDB), sementara rasio utang Indonesia hanya 26 persen. Rasio yang relatif aman adalah sekitar 72 persen pada PDB.
Tony menjelaskan, faktor risiko negara sangat menentukan. Menyimpan obligasi AS jauh lebih aman daripada obligasi Indonesia. Aman dalam arti, risiko bangkrut dan risiko krisis ekonomi lebih kecil, stabilitas politik, dan sebagainya. ”Variabel utang hanya salah satu perhitungan peringkat,” ujarnya.
Tony menegaskan, peringkat utang AS tetap lebih tinggi karena AS lebih kredibel daripada Indonesia. Sekalipun utangnya banyak, AS tetap saja negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di dunia dengan PDB sebesar 14,7 triliun dollar AS.
PDB AS, ujar Tony, jauh lebih besar dibandingkan dengan kekuatan ekonomi nomor dua China, dengan 5,8 triliun dollar AS. Juga jauh di atas Jepang sebagai kekuatan nomor tiga, dengan 5,6 triliun dollar AS. Data menyebutkan, kekuatan PDB Indonesia Rp 6.300 triliun atau setara dengan 741 miliar dollar AS.
Menurut Tony, pasar finansial AS (pasar modal dan pasar surat berharga) juga masih yang terbesar di dunia, jauh di atas Jerman, Jepang, Inggris, dan China. Jadi, peringkat utang yang ditetapkan Standard & Poor’s (S&P), Moody’s, dan lembaga pemeringkat lainnya lebih banyak ditentukan oleh kredibilitas dan trust (kepercayaan). Dan ini, antara lain, dipengaruhi PDB, inflasi, dan pengangguran.
Pengamat ekonomi Mirza Adityaswara menegaskan, dari sisi rasio utang dan fiskal, Indonesia jauh lebih baik daripada AS. Defisit fiskal Indonesia hanya 2 persen dari PDB dan rasio utang terhadap PDB hanya 26 persen. Sementara defisit fiskal AS 10 persen dari PDB dan rasio utang 100 persen dari PDB.
”Jadi, peringkat utang Indonesia akan ditingkatkan ke investment grade sedangkan peringkat AS akan diturunkan,” ujar Mirza.