Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Yang Terhormat" Ternyata Diborgol di Luar Negeri...

Kompas.com - 12/08/2011, 01:58 WIB

Dengan tangan diborgol, Muhammad Nazaruddin dimasukkan ke pesawat yang membawanya dari Cartagena, Kolombia. Dengan tangan diborgol pula, dia dimunculkan dalam jumpa pers yang diisi penjelasan Kepala Polisi Yudisial Kolombia Jenderal Carlos Mena. Bahkan, saat di dalam mobil, borgol di tangannya dikaitkan ke kursi.

Itulah yang minggu ini dialami Nazaruddin, mantan Bendahara Umum Partai Demokrat, partai pemenang Pemilihan Umum 2009 yang salah satu program andalannya pemberantasan korupsi. Dia diperlakukan seperti itu karena menjadi buron Interpol setelah ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan suap wisma atlet SEA Games di Palembang oleh Komisi Pemberantasan Korupsi.

Saat tangannya diborgol oleh polisi Kolombia, Nazaruddin masih tercatat sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia. Dia menjadi salah satu dari 560 orang yang dapat duduk di kursi legislatif hasil Pemilu 2009.

”Malu dan sedih karena ini menyangkut kehormatan bangsa. Mengapa pejabat negara harus menjadi kriminal?” kata Eva Kusuma Sundari, anggota Komisi III DPR, saat ditanya perasaannya ketika melihat Nazaruddin ditangkap sebagai pesakitan di negara lain.

Namun, politisi dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan tersebut mengaku sulit untuk merasa bahwa ada anggota badannya yang ”terluka” ketika melihat bagaimana Nazaruddin dimunculkan oleh polisi Kolombia. Pasalnya, selama di DPR, Eva mengaku tidak pernah merasa ”bersama” dengan Nazaruddin, persisnya saat dia mengurus isu-isu tertentu yang terkait dengan tugasnya sebagai wakil rakyat.

”Aku amat jarang bertemu Nazaruddin. Terakhir kali bertemu dia, kalau tidak salah, dalam rapat dengar pendapat yang dilakukan jauh sebelum kasusnya mencuat. Itu juga hanya sekitar 10 menit,” tutur Eva.

Bambang Soesatyo, anggota Komisi III DPR dari Fraksi Partai Golkar, mengatakan, Nazaruddin jarang menghadiri acara di DPR. Nazaruddin juga hampir tidak pernah berkumpul dengan teman-temannya di Komisi III DPR.

”Saya tidak tahu, Nazaruddin biasanya berkumpul dengan siapa. Dia amat jarang ikut rapat di Komisi III atau Badan Anggaran DPR,” kata Bambang yang juga anggota Badan Anggaran DPR.

Oleh karena itu, saat ditanya perasaannya terkait dengan apa yang sedang dialami Nazaruddin, Bambang terlihat kesulitan menjawab. ”Sedih juga. Namun, mungkin itu risiko yang harus dia tanggung,” jawab Bambang, akhirnya.

”Itulah risiko karena Nazaruddin berani melakukan sesuatu. Ibarat orang bermain sepak bola, ya, harus memakai seragam sepak bola. Jika akhirnya dia jatuh ketika bermain, jangan salahkan orang lain,” kata Max Sopacua, Wakil Ketua Umum Partai Demokrat.

Namun, mengapa risiko anggota DPR yang terhormat adalah melakukan tindak kriminal sehingga harus dipenjara dan diborgol di negara orang? (NWO)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com