Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rombak Keanggotaan Komite Etik KPK

Kompas.com - 28/07/2011, 16:32 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Ketua Komisi III DPR Tjatur Sapto Edy menilai Komite Etik Komisi Pemberantasan Korupsi sulit untuk dipercaya dalam menjalankan tugasnya menelusuri kebenaran pertemuan antara Wakil Ketua KPK Chandra M Hamzah dan M Jasin dengan mantan Bendahara Umum Demokrat, M Nazaruddin. Oleh karena itu, Tjatur mendesak komite ini segera dirombak karena komposisinya timpang.

"Komite Etik ini sudah menuai banyak kritikan orang karena anggotanya kurang fair. Harusnya empat dari luar (KPK) dan tiga dari dalam," ungkapnya kepada wartawan, Kamis (28/7/2011).

Tjatur berpendapat, komposisi dua orang dari unsur eksternal dalam keanggotaan komite tidak pas. Apalagi, kata dia, keduanya masih punya hubungan yang cukup dekat dengan KPK. Yang dimaksud Tjatur adalah Abdullah Hehamahua dan Sjahruddin Rasul. Keduanya adalah mantan pimpinan KPK.

"Kalau yang sekarang ini tidak percaya. Kita kan sayang sama lembaga ini. Sayang kalau sudah kerja tetapi kurang dapat kepercayaan masyarakat. Jadi, saya kira lebih baik dilakukan review dan perombakan terhadap keanggotaannya itu," ujarnya.

Tjatur mengatakan, pimpinan KPK tak perlu masuk menjadi anggota komite. Apalagi, pimpinan yang disebut-sebut Nazaruddin sebagai pimpinan yang ikut menyusun kongkalikong tertentu dalam penyelesaian kasus suap wisma atlet SEA Games 2011.

Seperti diberitakan, menanggapi tudingan mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin, KPK membentuk Komite Etik. Komite itu bertugas memeriksa komisioner lembaga itu, Chandra M Hamzah dan M Jasin, yang dituding tersangkut kasus proyek wisma atlet SEA Games.

Selain berasal dari unsur KPK, anggota Komite Etik juga berasal dari luar KPK. Anggota unsur pimpinan adalah Busyro Muqoddas, Bibit Samad Rianto, dan Haryono Umar, serta dua penasihat KPK, Abdullah Hehamahua dan Said Zainal Abidin. Anggota dari unsur masyarakat adalah Guru Besar Emeritus Universitas Indonesia (UI) Prof Marjono Reksodiputro dan mantan unsur pimpinan KPK, Sjahruddin Rasul. Tim itu diketuai Abdullah Hehamahua.

Dari tempat persembunyiannya, Nazaruddin menuding sejumlah pejabat KPK menerima uang atau merekayasa kasusnya. Mereka yang dituding adalah Wakil Ketua KPK Chandra M Hamzah, Wakil Ketua KPK M Jasin, dan Deputi Penindakan Ade Rahardja.

Belakangan, nama Juru Bicara KPK Johan Budi juga turut disebut. Johan disebut menemani Ade saat bertemu Nazaruddin pada 2010.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Pilkada 2024, TNI Siapkan Personel Cadangan dan Alutsista jika Situasi Mendesak

    Pilkada 2024, TNI Siapkan Personel Cadangan dan Alutsista jika Situasi Mendesak

    Nasional
    Soal Anggota Dewan Main Judi Online, Johan Budi: Bukan Lagi Sekadar Kode Etik, tapi Sudah Pidana

    Soal Anggota Dewan Main Judi Online, Johan Budi: Bukan Lagi Sekadar Kode Etik, tapi Sudah Pidana

    Nasional
    Belum Ada Pendaftar di Hari Pertama Pendaftaran Capim dan Dewas KPK

    Belum Ada Pendaftar di Hari Pertama Pendaftaran Capim dan Dewas KPK

    Nasional
    Puan Bicara Peluang PDI-P Usung Kader Sendiri di Pilkada Jakarta, Sebut Banyak yang Menonjol

    Puan Bicara Peluang PDI-P Usung Kader Sendiri di Pilkada Jakarta, Sebut Banyak yang Menonjol

    Nasional
    Wasekjen PKB Ingatkan Duet Anies-Sohibul di Jakarta Berisiko 'Deadlock'

    Wasekjen PKB Ingatkan Duet Anies-Sohibul di Jakarta Berisiko "Deadlock"

    Nasional
    Soroti Minimnya Kamar di RSUD Mas Amsyar, Jokowi: Hanya 53, Seharusnya Bisa di Atas 100

    Soroti Minimnya Kamar di RSUD Mas Amsyar, Jokowi: Hanya 53, Seharusnya Bisa di Atas 100

    Nasional
    PKB Belum Tentu Dukung Anies Usai PKS Umumkan Duet dengan Sohibul Iman

    PKB Belum Tentu Dukung Anies Usai PKS Umumkan Duet dengan Sohibul Iman

    Nasional
    Mantan Kabareskrim: Saya Tidak Yakin Judi Online Akan Terberantas

    Mantan Kabareskrim: Saya Tidak Yakin Judi Online Akan Terberantas

    Nasional
    PPATK Ungkap Perputaran Uang Judi 'Online' Anggota Legislatif Capai Ratusan Miliar

    PPATK Ungkap Perputaran Uang Judi "Online" Anggota Legislatif Capai Ratusan Miliar

    Nasional
    KIM Siapkan Pesaing Anies pada Pilkada Jakarta, Ridwan Kamil dan Kaesang Masuk Nominasi

    KIM Siapkan Pesaing Anies pada Pilkada Jakarta, Ridwan Kamil dan Kaesang Masuk Nominasi

    Nasional
    KPK Ungkap Awal Mula Dugaan Korupsi Bansos Presiden Terbongkar

    KPK Ungkap Awal Mula Dugaan Korupsi Bansos Presiden Terbongkar

    Nasional
    Akui Di-bully karena Izin Tambang, PBNU: Enggak Apa-apa, 'Jer Basuki Mawa Bea'

    Akui Di-bully karena Izin Tambang, PBNU: Enggak Apa-apa, "Jer Basuki Mawa Bea"

    Nasional
    KPU Minta Pemda Fasilitasi Pemilih yang Baru Berusia 17 Tahun pada Pilkada 2024

    KPU Minta Pemda Fasilitasi Pemilih yang Baru Berusia 17 Tahun pada Pilkada 2024

    Nasional
    PKS Usung Anies-Sohibul untuk Pilkada Jakarta, Wasekjen PKB: Blunder...

    PKS Usung Anies-Sohibul untuk Pilkada Jakarta, Wasekjen PKB: Blunder...

    Nasional
    DPR Desak PPATK Bongkar Pihak Eksekutif-Yudikatif yang Main Judi 'Online'

    DPR Desak PPATK Bongkar Pihak Eksekutif-Yudikatif yang Main Judi "Online"

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com