GUNUNGKIDUL, KOMPAS.com - Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) mengadakan ekspedisi karst Gunungsewu di sejumlah gua di Gunungkidul selama 3 hari mulai Senin (11/07/2011).
Dalam ekspedisi ini, 25 orang dalam satu tim yang terdiri dari unsur pakar dan pemerhati karst dari UGM, ITB, UI, Watimpres, serta sebuah yayasan karst di Indonesia dilibatkan. Kegiatan ini guna menyosialisasikan karst sebagai kawasan lindung yang mampu menjadi potensi wisata, termasuk membebaskan perbukitan karst dari aksi penambangan.
Deputi Survei Sumber Daya Alam Bakosurtanal Priyadi Kardono mengatakan, ekspedisi ini merupakan langkah mempopulerkan kawasan karst sebagai kawasan yang harus dijaga kelestariannya. "Kawasan karst di Gunungkidul memiliki nilai sejarah dan history kepurbakalaan yang tinggi, sehingga harus dijaga dan dipertahankan," jelasnya.
Menurut sejarah ilmu geografi, kawasan karst di Gunungkidul merupakan gundukan batu yang muncul di permukaan laut, sehingga sebagian besar kawasan karst menyimpan sumber daya air melimpah. "Secara geografis Gunungkidul itu dahulunya laut. Akibat proses alam kemudian menjadi kawasan perbukitan. Ini bisa dilihat di kawasan pantai Sadeng," kata Priyadi usai melepas tim ekspedisi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.