Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suciwati Kelola Toko Oleh-oleh di Malang

Kompas.com - 07/06/2011, 21:45 WIB

MALANG, KOMPAS.com - Janda almarhum Munir, Suciwati, mendirikan toko pusat oleh-oleh khas Malang di Jalan Panglima Sudirman, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang, Jawa Timur, demi menunjang masa depan kedua anaknya, Sultan Alif Allende dan Diva Suu Kyii Larasati. Toko yang diberi nama De Ploso itu diresmikan pengoperasiannya pada Selasa (7/6/2011).

Hadir dalam pembukaan toko itu, Ketua Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) Usman Hamid, serta penyanyi Glenn Fredly. Hadir juga ratusan warga sekitar dan rekan-rekan Munir dan Suciwati.

Menurut Suciwati, mendirikan De Ploso, yang menjual aneka ragam makanan khas Malang itu adalah cita-cita almarhum. "Saya hanya melanjutkan cita-cita suami saya. Dulu suami saya memang berencana akan membuka usaha makanan khas Malang," ungkapnya.

Usaha tersebut, menurut Suciwati, menjadi salah satu solusi perjuangan ekonomi untuk menghidupi kedua anaknya. "Meski usaha ini milik saya dan keluarga, sebagian penghasilan dari usaha ini akan disisihkan untuk kegiatan advokasi bagi para korban pelanggaran HAM (hak asasi manusia). Saat suami saya masih hidup, beliau memang berkomitmen akan terjun ke dunia usaha, untuk menghidupi ekonomi keluarga," katanya.

Kalau ekonomi keluarga sudah mapan, katanya, komitmen mengusung idealisme yang dicita-citakan Munir, dalam hal perjuangan penegakan HAM tidak akan tergoyahkan, tak akan tergoda dengan persoalan uang. "Saya sebenarnya sudah lama terjun di dunia usaha dan memiliki cita-cita membuka toko untuk ekonomi keluarga, tapi baru kali ini terealisasi," ujarnya.

Suciwati mengungkapkan, Munir pernah mengatakan bahwa kekuatan ekonomi keluarga itu sangat penting. "Memperjuangkan penegakan HAM itu godaannya sangat berat, terutama soal uang. Semoga De Ploso itu bermanfaat untuk masa depan kedua anak saya. Bisa meneruskan cita-cita dan perjuangan bapaknya. Tak ada yang bisa membantu anak saya kecuali saya sendiri. Itu sudah risiko dalam berjuang," tutur Suciwati.

Munir meninggal di pesawat Garuda Indonesia dalam penerbangan Jakarta-Amsterdam pada 7 September 2004. Hasil otopsi menunjukkan adanya senyawa arsenik di dalam tubuh Munir.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com