Penilaian itu dikatakan Iberamsjah, dosen Ilmu Politik Universitas Indonesia, Jakarta, Senin (30/5) di Jakarta. Jika tidak segera membawa pulang Nazaruddin, yang kini diduga terkait sejumlah kasus, publik dapat menuding Partai Demokrat sengaja menyimpannya di Singapura untuk melindungi.
Secara terpisah, Senin di Jakarta, Ketua Pusat Pengembangan Strategi dan Kebijakan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrat Ulil Abshar Abdalla menjelaskan, ada tim dari partainya yang akan menjemput Nazaruddin ke Singapura. Namun, belum dijelaskan kapan tim itu akan berangkat.
Sebaliknya, anggota Tim Pencari Fakta Fraksi Partai Demokrat (F-PD) DPR, Ruhut Sitompul, mengatakan belum tahu adanya tim yang akan menjemput Nazaruddin di Singapura.
Iberamsjah menuturkan, F-PD DPR mengakui, Nazaruddin pergi ke Singapura atas sepengetahuan fraksi itu. ”Secara logika, aneh jika dalam surat izin kepada fraksi, Nazaruddin tak menyebutkan kapan akan kembali,” katanya.
Dengan logika ini, menurut Iberamsjah, hal yang wajar jika muncul dugaan Nazaruddin pergi ke Singapura untuk menyusun strategi dan akan pulang ketika sudah ada kesepakatan tentang penyelesaian yang akan diambil. ”Dugaan ini hanya dapat dipatahkan jika dalam satu dua hari ke depan Nazaruddin dibawa pulang ke Indonesia,” katanya.
Sekretaris F-PD DPR Saan Mustofa mengakui, sampai Senin Nazaruddin belum bisa dikontak. ”Namun, kami mendorong agar ketika KPK memanggil Nazaruddin untuk memberi keterangan, ia memenuhi panggilan itu,” ujarnya.
Sebelum berangkat ke Pontianak, Kalimantan Barat, Senin, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam jumpa pers di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, meminta agar budaya memfitnah tidak diteruskan. Kemajuan teknologi informasi di Indonesia seharusnya digunakan untuk mencerdaskan bangsa, bukan untuk menyebarluaskan fitnah. Ia mengaku menjadi korban fitnah.
Minggu lalu beredar pesan