Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Permadi: Sanksi Nazaruddin "Ecek-ecek"

Kompas.com - 28/05/2011, 11:03 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Anggota Dewan Penasihat Partai Gerindra, Permadi, menilai keputusan pemberhentian Muhammad Nazaruddin sebagai Bendahara Umum Partai Demokrat hanya untuk memuaskan publik semata. Ia menilai, jika keputusan tersebut dimaksudkan untuk benar-benar menghukum Nazaruddin, Demokrat seharusnya dapat mencegah kadernya tersebut bepergian ke Singapura.

"Si Nazaruddin ini, kan, masalahnya banyak, tetapi yang dilihat hanya mengenai keuangan saja. Makanya, saya katakan ini hukuman ecek-ecek. Pasti si Nazaruddin ini juga sakti. Misalnya, dia sudah tahu kalau Susilo Bambang Yudhoyono itu akan menggelar rapat penting kemarin di Cikeas, tetapi dia tidak hadir," ujar Permadi dalam diskusi di Warung Daun, Cikini, Jakarta, Sabtu (28/5/2011).

Selain itu, Permadi juga menilai status Nazaruddin sebagai anggota Komisi VII DPR merupakan bentuk ketidaktegasan dari keputusan Partai Demokrat. Walaupun keputusan untuk menghukum Nazaruddin dalam ruang lingkup DPR bukan merupakan wewenang partai, ia menilai Badan Kehormatan DPR terkesan lambat dalam mengambil keputusan tersebut.

"Salah satu alasan saya keluar dari DPR, ya, karena BK atau DPR itu sudah tidak terhormat lagi karena tidak berani mengeluarkan keputusan yang kuat bagi anggotanya. Kita juga bisa melihat perbedaan-perbedaan BK DPR di Partai Demokrat. Jadi, masalah BK ini memang tergantung dari orang kuat atau orang lemah," ujar Permadi.

Pendapat tersebut diamini juga oleh Koordinator Forum Masyarakat Peduli Parlemen (Formappi) Sebastian Salang. Dalam kesempatan yang sama, Sebastian mengatakan, keputusan yang diambil oleh Demokrat seharusnya menjadi sinyalemen baik bagi Badan Kehormatan DPR untuk segera mengambil keputusan mengenai keanggotan Nazaruddin di DPR.

"Ini, kan, sudah jelas ada ketidakberesan dari seorang kadernya di Demokrat. Anehnya, apakah DPR tidak merasa tercoreng dengan kasus-kasus yang dibuat si Nazaruddin ini?" kata Sebastian.

"Jadi, kalau permasalahan ini tidak segera diselesaikan, itu akan dapat membunuh proses demokrasi di negeri kita. Ini seharusnya dapat menjadi momen yang baik untuk pemerintahan saat ini untuk membuktikan kepada masyarakat bahwa mereka merupakan wakil-wakil rakyat yang pantas duduk di atas sana," imbuhnya.

Seperti diberitakan, setelah sekitar dua minggu bekerja menindaklanjuti dugaan keterlibatan Nazaruddin dalam kasus suap proyek pembangunan wisma atlet SEA Games, Senin (23/5/2011) kemarin, Dewan Kehormatan Partai Demokrat secara resmi memutuskan mencopot jabatan Nazaruddin sebagai Bendahara Umum Partai Demokrat. Walaupun jabatan bendahara umum telah dicabut, Nazaruddin tetap menjabat wakil Partai Demokrat di DPR.

Karena Nazaruddin diduga terlibat dalam kasus tersebut, KPK telah menetapkan surat pencekalan ke luar negeri bagi Nazaruddin pada 24 Mei 2011. Namun, kemarin Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Patrialis Akbar mengungkapkan, Nazaruddin telah berangkat ke Singapura pada 23 Mei 2011 dengan menumpang pesawat Garuda Indonesia pukul 19.30 WIB. Kepergiannya itu telah memperoleh izin dari Fraksi Demokrat dengan surat izin pada hari yang sama.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

    Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

    Nasional
    Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya 'Clean and Clear'

    Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya "Clean and Clear"

    Nasional
    Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

    Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

    Nasional
    Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada 'Presidential Club'

    Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada "Presidential Club"

    Nasional
    Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

    Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

    Nasional
    “Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

    “Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

    Nasional
    Soal Orang 'Toxic' Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

    Soal Orang "Toxic" Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

    Nasional
    Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

    Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

    Nasional
    Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

    Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

    Nasional
    Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

    Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

    Nasional
    Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

    Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

    Nasional
    Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

    Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

    Nasional
    Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

    Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

    Nasional
    Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

    Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com